Sabtu, 29 Mei 2010

Remaja dan keluarga

Keluarga merupakan suatu sistem yang bersifat dinamis. Keluarga merupakan sistem yang hampir sama dengan manusia, ia berkembang berdasarkan waktu. Perubahan terjadi di dalam keluarga, keluarga pada waktu anak berada pada tahap perkembangan anak berbeda dengan keluarga pada waktu anak sudah beranjak dewasa.


Pada umumnya orang tua yang memiliki anak yang sudah berada dalam tahap perkembangan remaja berada pada usia 35-40 tahun. Pada usia ini orang tua sering mengadakan perubahan dari kehidupannya sebelumnya. Orang tua mulai untuk menarik diri dan cara berpikirnya berusaha untuk mencari cara yang aman.
Tidak hanya orang tua yang bertambah usianya, anak pun mulai beranjak remaja. Ia mulai untuk bersikap mandiri. Perubahan pada orang tua membawa dampak pada hubungan remaja dengan orang tua. Sebelumnya, anak mencari nasihat dari orang tua, sedangkan sekarang remaja mulai merasa dirinya lebih mudah dipahami oleh teman-temannya. Remaja sering merasa orang tua kurang memberi kebebasan yang bertanggung jawab. Orang tua tetap bersikap otoriter. Perbedaan perilaku dan kebutuhan ini mengaibatkan keduanya berada dalam permasalahan. Perubahan-perubahan yang ada di dalam keluarga ini membuat keluarga berada dalam keadaan yang tidak seimbang, maka perlu dicari pemecahannya agar keluarga berada kembali dalam keadaan yang homeostatis.

Kebutuhan dari masing-masing pihak, baik dari orang tua maupun dari anak yang berada pada masa remaja ini ingin dipenuhi. Menurut Mappiare (1982), kebutuhan remaja yang menuntut pemenuhan dari orang tua adalah pengakuan sebagai orang yang mampu untuk menjadi dewasa, perhatian dan kasih sayang.
Kontrol dari orang tua juga menjadi hal yang penting bagi remaja, menurut Blood (dalam Purwati,1989), ada bebepa hal yang berkaitan dengan kontrol orang tua, yaitu:

1. Dalam menentukan standar dari tingkah laku yang dituju

a. Bagaimana ketepatan dan kejelasan peraturan yang dibuat (firmness).

Jika orang tua menetapkan patokan (standart) yang jelas dan pasti bagi anak – anaknya dimana disertai dengan kebebasan di dalam patokan yang telah ditentukan, maka anak akan mendapat lingkungan yang baik bagi perkembangan sosialnya. Jika orang tua tidak memberikan patokan dan peraturan yang jelas maka berarti anak tidak dilindungi dari arah perkembangan yang dapat membahayakan penyesuaian sosial maupun kepribadiannya.

b. Konsistensi


Jika norma – norma atau peraturan yang diberikan ingin efektif, maka peraturan tersebut haruslah dimengerti, jelas dan konsisten dalam pelaksanaannya. Ketidakjelasan dapat tampil jika kedua orang tua menerapkan peraturan yang berbeda, atau dalam pelaksanaannya seringkali tak tetap. Dari hasil penelitian Peck (1958) didapatkan bahwa anak – anak dari keluarga yang menetapkan konsistensi dari peraturan yang ditetapkan akan membentuk anak yang secara emosi matang, kata hatinya kuat, dan mampu untuk menepati peraturan – peraturan sosial.

c. Peraturan yang dapat diterapkan


Mengharapkan terlalu banyak atau terlalu rendah akan patokan – patokan yang harus dikuasai anak, tidak akan membentuk anak menjadi matang. Jika standar terlalu rendah anak menjadi tidak terdorong untuk maju, jika terlalu tinggi anak akan kecewa karena tidak dapat mencapainya. Jadi standar yang ditentukan harus disesuaikan dengan tingkatan usia dengan kondisi seperti ini anak akan terdorong maju untuk menguasai sesuatu tujuan.

d. Penjelasan (reasoning)


Peraturan yang diiringi penjelasan akan mampu membentuk kontrol yang bersifat intrinsik, sedangkan jika tanpa penjelasan maka anak tidak akan mampu untuk mematuhinya karena peraturan tersebut bersifat eksternal, dimana kepatuhan yang ada hanya tergantung dengan adanya kehadiran orang tua saja.

e. Mendengarkan (Listening)


Penjelasan peraturan pada anak tidak saja hanya berbicara pada anak tapi juga mendengarkan reaksi dari anak. Dengan mendengarkan, orang tua dapat penegasan apakah anak dapat mengerti tentang hal – hal yang dibicarakan. Selain itu juga dapat menjadi tempat untuk memecahkan masalah jika anak merasa permintaan orang tua tidak dapat diterima. Dalam hal ini anak dan orang tua dapat bersama – sama mencari alternatif, sehingga dapat sampai pada tujuan yang ingin dicapai. Kondisi ini juga mengembangkan suasana penghargaan terhadap anak dan orang tua.

2. Memperkuat proses belajar
Teori belajar mengatakan bahwa suatu respon harus diberi ‘reward’ (hadiah) jika ingin diperkuat. Dalam hal ini bagaimana respon orang tua akan menentukan kecepatan suatu respon dipelajari oleh seorang anak.

Pengarahan dan percayaan
Pada masa kanak – kanak orang tua diharapkan untuk memberi pengarahan secara konsisten, agar ia mampu untuk menguasai tugas – tugas perkembangannya.

Sedangkan semakin dewasa anak, anak lebih membutuhkan kepercayaan dari orang tua untuk dapat melaksanakan tugasnya, keperayaan yang diebrikan orang tua bahwa ia ammpu menyelesaikan tugas – tugas yang telah disepakati bersama, merupakan suatu ‘incentives’ tersendiri.

Hadiah dan hukuman
Jika seorang anak mampu menyelesaikan suatu tugas, pemberian hadian akan memperkuat rasa kemampuannya, kompensasi terhadap kesulitan – kesulitan yang dialaminya, dan memperkuat keinginan untuk mengulangi tingkah lakunya. Jika anak tidak dapat menyelesaikan suatu tugas ia tidak akan mendapatkan hadiah. Sebaiknya pemberian hukuman dihindarkan, karena berakibat menyakitkan baik secara fisik maupun psikologis, selain itu akan timbul rasa dendam yang akan menghalangi proses sosialisasi. Hadiah dan hukuman dapat dibagi dalam bentuk fisikan dan bersifat psikologis. Secara umum hadiah yang bersifat psikologis lebih efektif dibandingkan dengan hukuman yang bersifat fisik.

Dengan demikian kontrol menjadi hal penting dari orang tua pada remaja dalam mengatasi permasalahan remaja yang berkaitan dengan kebutuhan remaja untuk diberi kebebasan. Namun tidak hanya remaja yang memiliki permasalahan, orang tua juga memiliki permasalahan dengan remaja.

Orang tua juga sering merasa tidak diperhatikan, anak remajanya lebih senang meluangkan waktu lebih banyak dengan teman – temannya, sehingga orang tua merasa membutuhkan perhatian dari anak remajanya lebih banyak. Untuk mencapai hal tersebut, maka interaksi yang baik sangat dibutuhkan. Dukungan dari remaja bagi orang tuanya dibutuhkan, demikian juga dukungan dari orang tua sangat dibutuhkan remaja. Dukungan ini dapat diperoleh jika masing-masing pihak mau bekerja sama untuk mencapainya. Remaja sangat membutuhkan orang tuanya dalam mencari identitas dirinya, yang pada masa ini sedang dicari.

Menurut Gerald (1983), keluarga menyediakan 3 fungsi dasar sebelum, selama dan setelah masa remaja. 3 fungsi ini tidak sepenuhnya dapat digantikan oleh peergroups / struktur sosial yang lain sepanjang hidup. 3 fungsi tersebut adalah:

Keluarga menyediakan ‘sense of cohesion’


Kohesi ini atau ikatan emosi membuat kondisi untuk identifikasi dengan kelompok dasar yang utama dan meningkat secara emosional, intelektual dan kedekatan fisik

Keluarga menyediakan model kemampuan adaptasi.


Keluarga mengilustrasikan melalui fungsi dasar bagaimana sebuah struktur kekuatan dapat berubah, bgaimana peran hubungan dapat berkembang dan begaimana peraturan hubungan dapat terbentuk. Remaja yang memiliki pengalaman tipe keluarga yang rigid (rendah tingkat adaptasinya) cenderung terinternalisasi gaya interaksi yang rigid. Sebaliknya, terlalu banyak kemampuan adaptasi dapat membuat gaya ‘chaotic’. Keseimbangan penting untuk fungsi ini, hal yang sama juga dengan kohesi.

Keluarga menyediakan sebuah jaringan komunikasi


Melalui pengalaman dimana individu belajar seni dari pembicaraan, interaksi, mendengarkan dan negosiasi.

dikutip dari:http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/isu-remaja.html

Remaja dan Perilaku Konsumtif

Hurlock (1991) menyatakan salah satu ciri masa adalah masa yang tidak realistik. Pada masa ini, umumnya remaja memandang kehidupan sesuai dengan sudut pandangnya sendiri, yang mana pandangannya itu belum tentu sesuai dengan pandangan orang lain dan juga dengan kenyataan. Selain itu, bagaimana remaja memandang segala sesuatunya bergantung pada emosinya sehingga menentukan pandangannya terhadap suatu objek psikologis. Sulitnya, emosi remaja umumnya belum stabil. Secara psikososial terlihat perkembangan remaja pun memandang dan menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan peran mereka sebagai konsumen.


Seiring perkembangan biologis, psikologis, sosial ekonomi tersebut, remaja memasuki tahap dimana sudah lebih bijaksana dan sudah lebih mampu membuat keputusan sendiri (Steinberg, 1996). Hal ini meningkatkan kemandirian remaja, termasuk juga posisinya sebagai konsumen. Remaja memiliki pilihan mandiri mengenai apa yang hendak dilakukan dengan uangnya dan menentukan sendiri produk apa yang ingin ia beli. Namun di lain pihak, remaja sebagai konsumen memiliki karakteristik mudah terpengaruh, mudah terbujuk iklan, tidak berpikir hemat, kurang realistis

Dalam kaitannya dengan perilaku remaja sebagai konsumen, walaupun sebagian besar tidak memiliki penghasilan tetap, tetapi ternyata mereka memiliki pengeluaran yang cukup besar. Sebagian besar remaja belum memiliki pekerjaan tetap karena masih sekolah. Namun, para pemasar tahu bahwa sebenarnya pendapatan mereka tidak terbatas, dalam arti bisa meminta uang kapan saja pada orang tuanya (Loudon & Bitta, 1984).

Salah satu fungsi aktivitas remaja adalah fungsi ekonomi. Jumlah populasi remaja dan fakta bahwa remaja kurang terampil dalam mengelola keuangan daripada kelompok usia lainnya yang menyebabkan remaja menjadi target menarik bagi bermacam-macam bisnis (Fine et al., 1990 dalam Steinberg, 2000). Dalam usianya, remaja cenderung belanja lebih impulsive, dimana usia 18-39 tahun kecenderungan belanja impulsive meningkat (Wood, 2003).

dikutip dari:http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/isu-remaja.html

Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pendidikan

Di antara orientasi masa depan yang mulai diperhatikan pada usia remaja, orientasi masa depan remaja akan lebih terfokuskan dalam bidang pendidikan. Hal ini dinyatakan oleh Eccles (dalam Santrock, 2004), dimana usia remaja merupakan usia kritis karena remaja mulai memikirkan tentang prestasi yang dihasilkannya, dan prestasi ini terkait dengan bidang akademis mereka. Suatu prestasi dalam bidang akademis menjadi hal yang serius untuk diperhatikan, bahkan mereka sudah mampu membuat perkiraan kesuksesan dan kegagalan mereka ketika mereka memasuki usia dewasa (Santrock, 2001).

Penelitian yang dilakukan Bandura (dalam Santrock, 2001) terkait dengan prestasi remaja, diketahui kalau prestasi seorang remaja akan meningkat bila mereka membuat suatu tujuan yang spesifik, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Selain itu, remaja juga harus membuat perencanaan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat. Dalam proses pencapaian tujuan, remaja juga harus memperhatikan kemajuan yang mereka capai, dimana remaja diharapkan melakukan evaluasi terhadap tujuan, rencana, serta kemajuan yang telah mereka capai (Santrock, 2001), sehingga dapat dikatakan kalau orientasi masa depan yang dimiliki remaja akan lebih terkait dengan bidang pendidikan.

dikutip dari:http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/isu-remaja.html

Remaja dan Self-esteem

Menurut Reasoner (2004), sebanyak 12% individu menunjukkan adanya penurunan self-esteem setelah memasuki sekolah menengah pertama, dan 13% memiliki self-esteem yang rendah pada sekolah menengah. Remaja wanita dikatakan mengalami kenaikan self-esteem pada usia antara 18 hingga 23 tahun melalui aspek-aspek moral dan hubungan pertemanan. Pada remaja, perubahan self-esteem terjadi pada 3 dimensi, yakni dalam hubungan personal, ketertarikan dengan lawan jenis, serta kompetensi dalam pekerjaan.

Permasalahan yang sering dialami dalam masa remaja adalah masalah tidak percaya diri karena tubuhnya dinilai kurang / tidak ideal baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri, atau merasa tidak memiliki kelebihan yang bisa dipakai sebagai modal dalam bergaul. Rasa kurang percaya diri ini kemudian menyebar ke hal-hal yang lain, misalnya malu untuk berhubungan dengan orang lain, tidak percaya diri untuk tampil di muka umum, menarik diri, pendiam, malas bergaul dengan lawan jenis atau bahkan kemudian menjadi seorang yang pemarah, sinis, dll. Dalam perkembangan sosial remaja, self-esteem yang positif sangat berperan dalam pembentukan pribadi yang kuat, sehat dan memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan, termasuk mampu berkata "tidak" untuk hal-hal yang negatif dengan kata lain tidak mudah terpengaruh berbagai godaan yang dihadapi seorang remaja setiap hari dari teman sebaya mereka sendiri (peer pressure) (Utamadi, 2001).

Self-esteem yang rendah akan memperlemah hubungan yang dibina dengan orang lain, sedangkan self-esteem yang tinggi akan mendukung remaja untuk mengembangkan hubungan mereka dengan orang lain. Selain itu, Masters & Johnson (2001) juga mengatakan bahwa self-esteem ini juga berpengaruh terhadap sikap seseorang terhadap statusnya sebagai remaja. Seorang remaja yang memiliki self-esteem yang positif maka ia tidak akan mudah terbawa godaan yang banyak ditawarkan oleh lingkugan. Misalnya dari sebuah penelitian, ditemukan bahwa. remaja yang mempunyai self-esteem rendah cenderung lebih mudah mencoba menyalahgunakan obat-obatan atau mengkonsumsi napza.

dikutip dari:http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/isu-remaja.html

Seksualitas Sebagai Isu Perkembangan Remaja

Masa remaja diawali oleh datangnya pubertas, yaitu proses bertahap yang mengubah kondisi fisik dan psikologis seorang anak menjadi seorang dewasa. Pada saat ini terjadi peningkatan dorongan seks sebagai akibat perubahan hormonal. Selain itu, karakteristik seks primer dan sekunder menjadi matang sehingga memampukan seseorang untuk bereproduksi (Steinberg, 2002). Namun bukan hanya pubertas saja yang menjadikan seksualitas sebagai isu penting dalam hal perkembangan remaja.

Dalam tahapan perkembangan psikososial yang yang dikemukan Erikson, dinyatakan bahwa tugas utama yang dihadapi remaja adalah membentuk identitas personal yang stabil, kesadaran yang meliputi perubahan dalam pengalaman dan peran yang mereka miliki, dan memungkinkan mereka untuk menjembatani masa kanak-kanak yang telah mereka lewati dan masa dewasa yang akan mereka masuki (Stevens-Long & Cobb, 1983). Pemahaman mengenai seksualitas seseorang merupakan bagian dari upaya pembentukan identitas personal yang stabil, karena dengan mengembangkan sikap yang sehat mengenai keberadaan diri sebagai makhluk seksual, seseorang juga memahami nilai-nilai, keyakinan, sikap, dan batasan-batasan yang dimilikinya; dan akan memampukannya untuk dapat merasa nyaman menjadi dirinya sendiri (Shibley, 1997).

Sebenarnya sebelum memasuki usia remaja, anak sudah memiliki keingintahuan akan seks. Mereka bahkan dapat terlibat dalam aktifitas seksual. Mereka dapat berciuman, masturbasi, bahkan melakukan sexual intercourse (Steinberg, 2002). Seperti yang diungkapkan Weis (2000), kemampuan untuk berinteraksi secara erotis dan untuk mengalami perasaan seksual, dengan sesama ataupun berbeda jenis kelamin, secara jelas ditunjukkan pada usia 5 sampai 6 tahun. Dalam observasi yang dilakukan Langfeldt (dalam Weis, 2000) menunjukkan anak laki-laki yang belum memasuki pubertas dan sedang melakukan permainan seksual dengan anak lain menunjukkan ereksi pada penisnya selama permainan seksual itu berlangsung. Bahkan Fond dan Beach (dalam Weis, 2000) menemukan bahwa anak-anak yang memiliki kesempatan mengamati kegiatan seksual yang dilakukan orang dewasa, cenderung terlibat dalam persetubuhan pada usia minimal 6-7 tahun.

Namun dalam permainan seksual itu, anak tidak melakukan introspeksi dan refleksi mengenai perilaku seksual (Steinberg, 2002). Mereka melakukannya karena tindakan itu memberikan sensasi nikmat sebagai reward dari tindakan mereka itu. Tindakan mereka lebih didasari oleh rasa ingin tahu daripada motivasi seksual yang sesungguhnya (Sullivan dalam Steinberg, 2002). Berbeda dengan remaja yang sudah mampu mengambil keputusan apakah ia akan terlibat dalam aktifitas seksual itu, dan mempertimbangkan apakah pasangan akan menolaknya, apakah dirinya terlihat baik di mata pasangannya, dan sebagainya.

Masa remaja menjadi sebuah titik balik dalam perkembangan seksualitas karena menandakan awal mula seseorang bertingkah laku seksual karena memiliki motivasi seksual yang disadari bermakna seksual secara eksplisit, oleh diri sendiri dan orang lain (Steinberg, 2002). Dengan demikian remaja harus memenuhi tugas perkembangan mereka, untuk memahami bagaimana menangani minat seksual mereka dan menjadikan seks sebagai bagian dari kehidupan personal dan sosial mereka (Steinberg, 2002).

dikutip dari:http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/isu-remaja.html

BENTUK-BENTUK DAN TEKNIK PSIKOTERAPI

Setelah mempelajari teks-teks Al-Qur�an, Muhammad Abd Al-Aziz Al-Khalidi membagi obat (syifa) dengan dua bagian : Pertama, obat hissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti berobat dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan dalam Al-Qur�an; kedua, obat ma�nawi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti do�a-do�a dan isi kandungan dalam Al-Qur�an.

Pembagian dua kategori obat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dua substansi yang bergabung menjadi satu, yaitu jasmani dan ruhani. Masing-masing substansi ini memiliki sunnah (hukum) tersendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Kelainan (penyakit) yang terjadi pada aspek jasmani harus ditempuh melalui sunnah pengobatan hissin, bukan dengan sunnah pengobatan ma�nawi seperti berdoa. Tanpa menempuh sunnahnya maka kelainan itu tidak akan sembuh. Permasalahan tersebut menjadi lain apabila yang mendapat kelainan itu kepribadian (tingkah laku) manusia91. Kepribadian merupakan produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani). Aspek ruhani menjadi esensi kepribadian manusia, sedang aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Oleh karena kedudukan seperti ini maka kelainan kepribadian manusia tidak akan dapat disembuhkan dengan sunnah pengobatan hissi, melainkan dengan sunnah pengobatan ma�nawi. Demikian juga, kelainan jasmani seringkali disebabkan oleh kelainan ruhani dan cara pengobatannya pun harus dengan sunnah pengobatan ma�nawi pula.



Dokter sekaligus filosof Muslim yang pertama kali memfungsikan pengetahuan jiwa untuk pengobatan medis adalah Abu Bakar Muhammad Zakaria Al-Razi (864-925). Menurut Al-Razi, tugas seorang dokter di samping mengetahui kesehatan jasmani (al-thibb al-jasmani) dituntut juga mengetahui kesehatan jiwa (al-thibb al-ruhani). Hal ini untuk menjaga keseimbangan jiwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, supaya tidak terjadi keadaan yang minus atau berlebihan. Oleh karena konsep ini maka Al-Razi menyusun dua buku yang terkenal, yaitu althibb al-Manshuriyah (kesehatan al-Manshur) yang menjelaskan pengobatan jasmani, dan al-Thibb al-Ruhani (kesehatan mental) yang menerangkan pengobatan jiwa



Kutipan di atas menunjukkan urgensinya suatu pengetahuan tentang psikis. Pengetahuan psikis ini tidak sekadar berfungsi untuk memahami kepribadian manusia, tetapi juga untuk pengobatan penyakit jasmaniah dan ruhaniah. Banyak di antara penyakit jasmani seperti kelainan fungsi pernapasan, usus perut, dan sebagainya justru diakibatkan oleh kelainan jiwa manusia. Penyakit jiwa seperti stres, was-was, dengki, iri-hati, nifak, dan sebagainya seringkali menjadi penyebab utama penyakit jasmani. Ketika penyakit jiwa itu kambuh maka kondisi emosi seseorang labil dan tak terkendali. Kelabilan jiwa ini mempengaruhi syaraf dan fungsi organik, sehingga terjadi penyempitan di saluran pernapasan, atau penyempitan usus perut yang mengakibatkan penyakit jasmani.



Diskursus Kesehatan Mental (Mental Health) kontemporer telah menemukan suatu jenis penyakit yang disebut dengan psikosomatik (psychosomatic disorders). Penyakit ini ditandai dengan keluhan-keluhan dan kelainan-kelainan pada alat tubuh, misalnya jantung, alat pernapasan, saluran perut, kelamin dan sebagainya. Kelainan ini disebabkan oleh faktor emosional melalui syaraf-syaraf autonom. Kelainan emosional ini akan menimbulkan perubahan-perubahan struktur anatomik yang tidak dapat pulih kembali. Tanda-tAnda dari penyakit ini adalah jantung dirasakan berdebar-debar (palpitasi), denyut jantung tidak teratur (arrhythmia), pendek napas (shortnes of breath), kelesuhan yang amat hebat (fatique), pingsan (faiting), sukar tidur (insomnia), tidak bernafsu makan (anoxia nervosa), impotensi dan frigiditas pada alat kelamin. Diduga keras bahwa penyebab utama penyakit ini adalah perasaan resah dan kecemasan (anxiety).



Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam �Ighatsah al-Lahfan� lebih spesifik membagi psikoterapi dalam dua kategori,yaitu tabi�iyyah dan syar�iyyah. Psikoterapi tabi�iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakityang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, seperti perasaankecemasan, kegelisahan, kesedihan, dan amarah. Penyembuhannya dengan cara menghilangkan sebabsebabnya. Psikoterapi syar�iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tidak dapat diamati dan tidak dapat dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, tetapi ia benar-benar penyakit yang berbahaya, sebab dapat merusak kalbu seseorang, seperti penyakit yang ditimbulkan dari kebodohan, syubhat, keragu-raguan, dan syahwat. Pengobatannya adalah dengan penanaman syariah yang datangnya dari Tuhan. Hal itu dipahami dari QS. Al-An�am : 125 : �Barangsipa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman�.



Muhammad Mahmud Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori; Pertama, bersifat duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata; Kedua, bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual, dan agama.



Model psikoterapi yang pertama lebih banyak digunakan untuk penyembuhan dan pengobatan psikopatologi yang biasa menimpa pada sistem kehidupan duniawi manusia, seperti neurasthenia, hysteria, psychasthenia, schizophrenia92, Manic depressive psychosis, kelainan seks, paranoia, psychosomatik, dan sebagainya.

dikutip dari:http://islamic.xtgem.com/ibnuisafiles/list/nov08/islam_therapy/0021.htm

PENGERTIAN PSIKOTERAPI

Psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.



James P.Chaplin lebih jauh membagi pengertian psikoterapi dalam dua sudut pandang. Secara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitankesulitan penyesuaian diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan guru atau teman. Pada pengertian di atas, psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan penyakit mental, juga dapat digunakan untuk membantu, mempertahankan dan mengembangkan integritas jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan memiliki kemampuan penyesuaian diri lebih efektif terhadap lingkungannya. Tugas utama psikiater adalah memberi pemahaman dan wawasan yang utuh mengenai diri pasien serta memodifikasi atau bahkan mengubah tingkah laku yang dianggap menyimpang. Oleh karena itu, boleh jadi psikiater yang dimaksudkan di sini adalah para guru, orang tua, saudara dan teman dekat yang biasa digunakan sebagai tempat curahan hati serta memberi nasihat-nasihat kehidupan yang baik.



Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit. Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat atau pada mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua. Berdasarkan pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain digunakan untuk fungsi kuratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan), dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat). Ketiga fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa usaha-usaha untuk berkonsultasi pada psikiater tidak hanya ketika psikis seseorang dalam kondisi sakit. Alangkah lebih baik jika dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental, karena hal itu dapat membangun kepribadian yang sempurna.



Pengetahuan tentang psikoterapi sangat berguna untuk (1) membantu penderita dalam memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan penyesuaian diri, serta memberikan perspektif masa depan yang lebih cerah dalam kehidupan jiwanya; (2) membantu penderita dalam mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi; dan (3) membantu penderita dalam menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan terapinya. Diakui atau tidak, banyak seseorang yang sebenarnya telah mengidap penyakit jiwa, namun ia tidak sadar akan sakitnya, bahkan ia tidak mengerti dan memahami bagaimana seharusnya yang diperbuat untuk menghilangkan penyakitnya. Karenanya dibutuhkan pengetahuan tentang psikoterapi.

dikutip dari:http://islamic.xtgem.com/ibnuisafiles/list/nov08/islam_therapy/0021.htm

Komplotan Remaja Hacker Bikin Grup Bak Teroris

Seorang remaja yang masuk dalam sebuah komplotan telah dituduh melakukan penyerangan DDoS (Distributed Denial of Service). Dmitriy Guzner (18), lahir di Verona, New Jersey telah dituduh membantu penyerangan di server Scientology pada bulan Januari lalu. Guzner telah didakwa melakukan kejahatan berat dan harus membayar denda kerusakan proteksi computer yang dirusaknya sebesar USD 37,500.

Guzne mengidentifikasi dirinya sebagai member dari grup online yang dinamakan Anonymous., sebuah grup mirip ‘teroris’ dunia maya yang memiliki koleksi aktivis Internet di bawah aktivitas online, seperti penyerangan di server Scientology atau yang dinamakan Project Chanology. Seorang member lainnya yang juga ditangkap dan dipenjara adalah pria phedofilia, Chris Forca dan seorang hacker email kandidat wakil presiden, Sarah Palin.

Departmen Pengadilan U.S mengatakan bahwa Guzner akan dimasukkan dalam penjara lebih dari sepuluh tahun. Guzner mengakui bahwa dirinya yang menyebabkan semua transmisi informaasi, kode dan perintah telah dikirmkan ke server Scientology tanpa adanya otorisasi yang kemudian membuat kerusakan computer server. Kerusakan server yang dimaksud adalah tidak sinkronnya integritas data, program, sistem dan semua informasi dalam sistem server yang digunakan untuk komunikasi baik dalam dan luar negeri. Server website Scientology tersebut telah menyebabkan kerugian minimal USD 5.000 untuk satu data person.

Serangan DDoS yang dilakukan Guzner menggambarkan eksistensi sebuah grup yang masing-masing individu membernya dapat menyerang organisasi tanpa rasa bersalah. Dalam kasus ini, skill member dari grup tentang kode penyerangan telah disimpan oleh member yang mengimplementasikan penyerangan. Pada saat yang sama, terdapat member lainnya yang telah mengirimkan fax dengan kertas hitam ke grup untuk mengirim spam melalui line telepon dan menghabiskan toner fax, dengan membuat dering telepon berbunyi terus menerus. (h_n)

dikutip dari:http://www.beritanet.com/Technology/Berita-IT/Komplotan-Remaja-Hacker-Grup-Teroris.html

”Ia selalu tampak kikuk.Apakah ia bisa terkena disleksia.”

’Disleksia’ adalah Iistilah yang digunakan untuk merujuk pada anak-anak yang mengalami gangguan koordinasi,atau membedakan antara kiri-kanan,atau kesulitan dalam menangkapan penjelasan dan kemudian menuliskannya ke dalam papan tulis.Sesungguhnya anak-anak yang mengalami gangguan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan,dari kesulitan naik sepeda kebiasaan makn yang tercecer kemana-mana,sampai pada ketidak cakapan seorang anak dalam memukul bola baseball,Pada masa sekarang cenderung disebut dengan istilah ‘dispraxsia’.
Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh anak-anak normal untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu bisa bervariasi cukup tajam.Tetapi tidak pernah ada bukti yang menunjukan bahwa anak-anak yang kikuk memiliki suatu kelainan klinis yang membutuhkan beberapa bentuk tingkat intervensi normal.Sebaiknya kita tidak terlalu kaku terjebak dalam sebuah lebel yang menghakimi mereka.Terkadang para spesialis,yang telahh menghabiskan hidupnya untuk mempelajari dan membicarakan masalh anak-anak yang memiliki gangguan belajar,tidak cermat melihat fakta bahwa mayoritas anak tidak memderita satupn jenis gangguan belajar.

Dikutip dari:buku berjudul”Deteksi dini masalah-masalh psikologi anak” oleh james le fanu

”Anak saya memiliki gangguan kesehatan yang kronis.Seberapa jauh ini akan berpengaruh terhadap pelajarannya di sekolah pada jangka panjang?”

Setiap gangguan kesehatan yang mengharuskan seorang anak untuk tidak masuk sekolah pada periode waktu yang cukup lama akan berpengaruh pada kemampuan anak untuk mengikuti pelajaran dengan baik.Penyakit kronis biasanya membutuhkan pemberian jam pelajaran tambahan atau bentuk bantuan ekstra lainya dalam tugas-tugas sekolahnya.Meskipun demikian guru dan orangtua wajiib mengetahui gangguan-gangguan kesehatan itu sendiri maupun sebagai efek dari perlakuan atau terapi yang digunakan untuk menanganinya.
Apabila anda merupakan orangtua yang memiliki seorang anak yang sedang megidap peyakit kronis,sebaiknya anda mendiskusikan masalah anak Anda tersebut dengan gurunya di sekolah sehingga,bersama-sama dengan anda guru tersebut bisa membuat formula dan strategi pendidikan yang tepat untuk anak Anda.apabila Anda seorang guru yang memiliki seorangs siswa yang tampaknya memiliki masalah kesehatan yang serius,tanyakanlah kepada orangtuanya mengenai penyakit yang derita sehingga Anda bisa memberikan respon secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dikutip dari:buku berjudul”Deteksi dini masalah-masalh psikologi anak” oleh james le fanu

”Saya pernah mendengar bahwa anak penderita ADHD bisa benar-benar mengidap hyperthyroidism.”

Hyperthyroidism merupakan peristiwa yang jarang sekali terjadi.Ia disebabkan oleh sebuah glandula thyroid yang overaktif,di mana memproduksi thyroxine secara berlebihan.Kondisi seperti ini membuat anak-anak menjadi gelisih,cemas dan tidak tenang,sperti penderita ADHD,tetapi ia memiliki tanda-tanda tambahan yang mirip dengan ADHD.Karena semua proses tubuh dipercepat,ini menyebabkan terjadi tekanan jantung yang sangat cepat.Anak-anak seperti ini akan merasa hangat setiap saat,sekalipun pada hari-hari dengan cuaca dingin.Mereka kemungkinan kehilangan berat badan dan tidak bisa tidur.Terkadang bola mata mereka terlihat melotot.
Tidak mungkin anak-anak yang mengalami gangguan belajar juga mengalami hyperthyroidism dan hypothyroidism pada waktu yang bersamaan.Tetapi melihat adanya tanda-tanda hyperthyroidism atau hypothyroidism padanya secara bersamaan,hanya perlu melakukan tes fungsi thyroid.

Dikutip dari:buku berjudul”Deteksi dini masalah-masalh psikologi anak” oleh james le fanu

.”Anak saya menderita asma.Apakah ini akan mempengaruhi kemampuannya untuk mengikuti pelajaran di kelas?”

Asma apabila terjadi secara terpisah tidak akan menyebabkan berbagai gangguan belajar pada anak,tetapi seperti semua gangguan medis kronis lainnya,ia bisa berpengaruh pada sekolah si anak.Anak-anak yang mengidap asma yang tidak mendapatkan perawatan yang cukup bisa jauh tertinggal dalm pelajaran-pelajarannya di kelas.Semakin sering mereka tidak masuk kelas,mereka akan semakin kesulitan untuk mengikuti pelajaran.Jadi masalahnya bukan pada anak tersebut akan mengalami gangguan belajar membaca,menulis dan sebagainya,tetapi karena seringkali tidak masuk kelas,ia akan tertinggal pelajaran.
Sebuah obat asma yang dinamakan Theophylline juga dianggap bisa mengganggu seorang anak untuk berkonsentrasi,ia bisa menyebabkan masalah yang sama seperti ADHD.Tetapi penelitian-penelitian yang dilakukan dengan cara control-acak yang dilakukan oleh para peneliti di Ottawa menunjukkan bahwa tidak perbedaan antara anak-anak yang tidak mampu memperhatikan ketika mereka mendapatkan theophylline dengan mereka yang hanya mendapatkan placebo.Pada semua kasus yang ada,selalu ada alternative-alternatif pengganti Theophylline ini bagi anak penderita adsma,jadi obat yang diberikan seharusnya tidak berpengaruh pada kemampuan belajar anak.

Dikutip dari:buku berjudul”Deteksi dini masalah-masalh psikologi anak” oleh james le fanu

”Ia mengalami infeksi parah pada telinga ketika masih anak-anak.Dapatkah insiden seperti ini menyebabkan gangguan belajar?”

Kembali pada tahun 1960-an,sejumlah penelitian menawarkan adanya korelasi antara infeksi telinga yang terjadi berkali-kali ketika anak-anak belum masuk sekolah dengan berbicara ketika mengakibatkan timbulnya permasalahan-permasalahan selanjutnya.Beberapa penelitian ini juga menegaskan bahwa anak-anak usia prasekolah ketika diasuh di tempat-tempat penitipan anak terbukti mengalami infeksi pada telinga lebih besar disbanding mereka yang diasuh di rumah.
Review-review terhadap penelitian tahun 1980-an tidak menemukan bukti yang meyakinkan tentang adanya hubungan antara infeksi dengan gangguan belajar.Tetapi mereka mencatat fakta bahwa gagguan belajar berkaitkan dengan tingkat pendidikan orangtua.Anak-anak yang memiliki orangtua yang berpendidikan tinggi cenderung lebih bias belajar dengan baik disbanding dengan mereka yang orangtuanya bertaraf pendidikan rendah.Apalagi bila anak-anak tersebut menghhabiskan masa kecilnya di tempat-tempat penitipan anak dan mengalami infeksi telinga lebih banyak.

Dikutip dari:buku berjudul”Deteksi dini masalah-masalh psikologi anak” oleh james le fanu

.”si anak tampak depresi dan tidak bias konsntrasi.”

Depresi bukan saja menjadi permasalahan bagi orang dewasa atau remaja saja.Anak-anak juga bias menderita depresi.
BERUBAH-UBAH EMOSI
Wajar ketika anak-anak emosinya mudah berubah-ubah selama beberapa waktu,atau kebanyakan selama dua hari.ketika anak-anak berusia remaja,hormone-hormon menjadikan perubahan emosi secara lebih cepat dan sering,tetapi ini tetap normal.gejala seperti itu tidak butuh perlakuan khusus.
DEPRESI KARENA RASA KEHILANGAN ATAU KEGAGALAN
Rasa kehilangan,pindah dari satu kota ke kota lainnya,gagal menempuh ujian yang sangat menentukan atau kalah dalam pertandingan olahraga,atau tampil buruk di depan public.Bagi kebanyakan anak,depresi tidak mempengaruhi prestasi mereka di sekolah,tetapi bagi sebagiananak lainnya depresi membuat mereka sulit berkonsentrasi dan mengganggu pekerjaan dan tugas sekolah mereka.Apabila anak tersebut tidak bias bangkit dari kegagalan stelah beberapa minggu,dan depresi berdampak serius terhadap prestasi akademik mereka,barangkali ia perlu dibawa ke spesialis.
DEPRESI KRONIS
Depresi yang dialami padda anak bias berlangsung selama lebih dari beberapa minggu dan tidak memiliki sebab yang jelas,seperti kegagalan atau rasa kehilangan,biasanya akan mempengaruhi kinerja anak di sekolah,dan memerlukan konsultasi dengan seorang psikiater atau psikolog.

Dikutip dari:buku berjudul”Deteksi dini masalah-masalh psikologi anak” oleh james le fanu

”Anak perempuan saya mengalami kelainan berupa sering cemas dan ini berpengaruh pada prestasi sekolahnya

Semua anak pernah mengalami kecemasan pada saat-saat tertentu. Wajar bila anak-anak menjadi gelisah ketika mereka diminta untuk melakukan presentasi atau berpartisipasi ke dalam seebuah pertunjukan di sekolah. Anak-anak juga bisa mengalami kecemasan ketika memasuki sekolah baru. Semua bentuk keccemasan merupakan bagian normal dari pertumbuhan anak. Kecemasan-kecemasan tersebut tidak berlangsung selamanya, ia akan berkurang dengan sendirinya. Anak seperti ini hanya butuh pengertian dan dukungan dari orang tua dan gurunya. Tetapi sejumlah anak yang menderita masalah ini secara lebih intensif, mereka mengalami kecemasan yang lebih lama yang pada akhirnya bisa mempengaruhi kemampuna meraka untuk belajar dan sukses di sekolah mereka. Ada lima jenis kecemasan yang memerlukan sebuah pendekatan yang lebih formal untuk membantu anak-anak tersebut terentas dari permasalahannya.
_ separation anxiety
Ini merupakan bentuk kecemasan yang dialami anak-anak ketika mereka akan meinggalkan ruah dan keluarga mereka untuk bergabung dengan teman-temannyadi sekolah yang ia anggap sebagai orang asing. Masalah seperti ini biasanya bisa diatasi dengan menggunakn teknik-teknik modifikasi perilaku.
_ phobia
Phobia merupakan bentuk ketakutan seperti takut terhadap ketinggian, keramaian, ruang yang bersekat-sekat, atau terhadap binatang-binatang tetentu. Beberapa anak menderita phobia sekolah: yaitu sekolah membuat dirinya takut. Phobia sekolah bisa diatasi sepenuhnya dengan menggunakan modifikasi perilaku dan konseling-konseling individual. Phobia yang terlalu ekstrim menbutuhkan pertolongan psikiater anak.
_ social anxiety
Merupakan bentuk kecemasan yang lebih serius dibandingkan dengan anak-anak yaan memiliki sifat pemalu. Kalau anak-anak yang memiliki sifat pemalu bisa menjalin pertemanan dengan orang-orang yang sudah dikenal dengan baik, anak-anak yang menderita kecemasan social mengalami ketakutan pada orang lain. Hal ini tidak saja dialaminya ketika berada di sekolah, tetapi juga ketika sedang di jalan. Anak-anak seperti ini biasanya akan membutuhkan pertolongan psikiater profesonal untuk belajar mengatasi kesulitan yang ia hadapi.
_ generalized anxiety
Merupakan sebuah kondisi yang terjadi ketika masih bayi. Anak tersebut takut dengan banyak hal, termasuk sekolah. Kecemasan seperti ini mempengaruhi kemampuan anak dalam belajar, bermain, dan lain-lain. Anak yang seperti ini membutuhkan psikiater untuk membantu mereka mengatsu masalah ini.
_ severe psychiatric illness
Penyakit seperti schizophrenia bisa melibatkan gejala-gejala seperti kecemasan. Sebagian besar penyakit ini bisa disembuhkan dengan memberikan obat-obatan yang tepat dan bantuan konseling dengan seorang ahli.

Dikutip dari:buku berjudul”Deteksi dini masalah-masalh psikologi anak” oleh james le fanu

3.”Anak saya tidak bias mengontrol gerak anggota badanya dan terkadang berteriak-terriak tidak jelas

Kelainan seperti ini disebut dengan istilah Tourette,anak-anak yang mengalami kelainan Tourette ini tidak mampu mengontrol gerak tubuh,suara dan pembicaraan mereka.Tangan dan kaki mereka bias bergerak-gerak cepat tanap control,atau terkadang mereka teriak-teriak mengatakan hal-hal yang tidak jelas dan tidak bermakna.Tanda-tanda kelainan ini dikenal dengan istilah ‘motor and verbal tics’.
Kelainan Tourette adalah sebuah kelainan yang jarang sekali terjadi.Ia lebih sering terjadi pada anak laki-laki dalam setiap 10.000 anak.Anak-anak yang mengalami kelainan Tourette seringkali mengalami gangguan konsentrasi dan memperhatikan,yang mana gangguan seperti ini bias mempengaruhi perkembangan belajar mereka di sekolah.Sebagai tambahan,karena perilaku mereka yang aneh ini,mereka dihindari oleh anak-anak lainnya,hal inilah yang kemudian berpengaruh pada kepercayaan dirinya.
Gerakan motorik dan verbal dari otot tak sadar(motor and verbal tics) bisa dikontrol dengan pemberian obat-obatan,dan gangguan konsentrasi bisa diterapi dengan menggunakan obat stimuli seperti Ritalin.

Dikutip dari:buku berjudul”Deteksi dini masalah-masalh psikologi anak” oleh james le fanu

”Ia bias berbicara fasih dan aktif,tetapi ia tidak memiliki teman karena ia tidak berbicara mengenai hal-hal yang mebuat anak-anak lainnya tertarik”

Anak-anak yang bias bicara dengan baik dan aktif tetapi tidak terlibat dalam percakapan-percakapan di lingkungan pergaulannya dengan anak-anak lainnya barangkali mereka mengidap sindrom Asperger.Ini merupakan autism ringan.Anak-anak penderita sindrom Asperger ini bias mengembangkan kemampuan berbicara merekaa seperti anak-anak normal lainnya,tetapi mereka tidak memilikki kemampun menjalin interaksi social.mereka tidak tahu bagaimana cara menyampaikan yang tepat pada saat yang tepat.Sama seperti anak-anak autis,mereka memiliki kecenderungan untuk tertarik pada hal-hal yang baagi anak-anak kebanyakan tidak tertarik dan mereka tidak menyukai adanya perubahan-perubahan yang terjadi di sekeliling mereka atau mengganggu hal-hal yang mereka anggap rutin.perilaku mereka yang tidak lazim seperti ini pula yang menjadikan mereka merasa tidak nyaman di sekolah.Penolakan dari anak-anak lainnya bias menyebabkan permasalahan yang lebih jauh lagi dalam kehidupan mereka.
Seperti anak-anak autis,anak-anak yang menderita sindrom asperger biasanya sangat cerdas pada area keahlian tertentu.Sekalipun mereka tidak mampu terlibat dalam percakapan dengan banyak orang dan menjalin interaksi dengan baik.
Seorang spesialis bias membantu mengidentifikasi sindrom ini dan memberikan cara-cara untuk mengatasi masalah anak-anak yang menderitanya.sebagian besar anak yang mengalami sindrom esperger telah mendapatakan pelatihan bersosialisasi,manajemen prilaku,dan apabila mereka juga menderita kecemasan yang intensif,mereka juga mendapatkan obat-obatan.Meskipun beberapa di antara mereka masih tetap terisolir dari lingkungan pergaulannya,sebagian besar penderita sindrom ini bias belajar untuk berinteraksi dan menjalin pertemanan dengan anak-anak lainnya.

Dikutip dari:buku berjudul”Deteksi dini masalah-masalh psikologi anak” oleh james le fanu

“Ia tidak pernah berani mengemukakan pendapat ketika di kelas”

Ada dua cara penjelasa mengapa seorang anak tidak berani berbiacar mengemukakan pendapatnya ketika di kelas.Ini kemungkinan disebabkan oleh sifat ata rasa malu anak tersebut atau barangkali ia mengidap autism.Sekalipun tanda-tanda autism biasanya sudah diketahui sebelum seorang anak memasuki bangku sekolah,beberapa anak yang memiliki sifat pemalu yang terlalu berlebihan kebanyakan cenderung lebih banyak membisu di kelas.Keadaan seperti inilah yang kemudian membuat guru yang mengajar di kelasnya berkesimpulan bahwa anak tersebut mengalami autism.Cara yang paling sederhana untuk mendapatkan jawaban mengapa seorang anak tidak berani berbicara di kelas adalah dengan saling bertukar informasi dan saling mencocokn sifat-sifat anak tersebut ketika di rumah dan sekolan antara orangtua dan guru anak tersebut.
Sifat pemalu
Anak-anak yang tidak mau angkat bicara ketika sedang berada dalam situasi-situasi yang bagi dirinya asing,seperti ketika ia masuk sekolah baru,atau baru bertemu dengan guru yang tidak kenal baik dengan dirinya,tidak bias dimasukan ke dalam golongan anak yang mengalami gangguan belajar.Tetapi barangkali ia merasa malu yang terlalu berlebihan sehingga ia tampak seorang yang sedang mengalami gangguan belajar.Rasa malu yang terlalu ekstrim atau rasa malu yang berlebihan dikenal dengan istilah ‘elective mutism’.
Sebagian besar anak secara perlahan akan bias menghilangkan masalah seperti ini seiring dengan pertambahan usia.Memaksa atau membujuk anak untuk bicara dalam situasi-situasi dimana ia merasa tidak nyaman dengannya merupakan sebuah tindakan yang mubadzir dan tidak ada gunanya.
Autisma
Perbedaan antara pemalu dan autis terkadang sangat membingungkan dan tumpang tindih,hal ini dikarenakan semua anak yang menderita autism adalah anak-anak yang juga tidak berani berbicara mengemukakan pendapat di depan kelas.Perbedaanya adallah kalau seorang anak bersifat pemalu hanya tidak mau bicara ketika ia berda dalam situasi yang asing baginya,sedangkan anak-anak autis tidak bias berbicara mengemukakan pendapatnya di semua situasi baik situasi yang bagi mereka kenal ataupu situasi yang asing bagi mereka.
Apabila melihat ada anak yang mengidap autis periksakan segera ke psikiater,beberapa cara yang dapat menanganinya seperi manajemen prilaku,konseling keluarga,program-program khusus masyarakat dan sekolah,dan kadang-kadang melalui pengobatan.

Dikutip dari:buku berjudul”Deteksi dini masalah-masalh psikologi anak” oleh james le fanu

Selasa, 06 April 2010

Manfaat Dongeng pada Psikologi Anak

Pada zaman serba canggih seperti sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak-anak tidak populer lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang acapkali bukan tontonan yang pas untuk anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara yang disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame.
KENDATI demikian, kegiatan mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan banyak manfaat, bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga orang tua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini.
Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.
Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seprti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena Kak Agam di sini tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.
Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan Kak Agam, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.
Tidak ada batasan usia yang ketat mengenai kapan sebaiknya anak dapat mulai diberi dongeng oleh Kak agam. Untuk anak-anak usia prasekolah, dongeng dapat membantu mengembangkan kosa kata. Hanya saja cerita yang dipilihkan tentu saja yang sederhana dan kerap ditemui anak sehari-hari. Misalnya dongeng-dongeng tentang binatang. Sedangkan untuk anak-anak usia sekolah dasar dapat dipilihkan cerita yang mengandung teladan, nilai dan pesan moral serta problem solving. Harapannya nilai dan pesan tersebut kemudian dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan suatu dongeng tidak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatifnya, tapi juga kesadaran dan kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Untuk itu Kak Agam dapat menggunakan berbagai alat bantu seperti boneka atau berbagai buku cerita sebagai sumber yang dapat dibaca oleh orang tua sebelum mendongeng.
Manfaat Dongeng untuk anak :
1. Mengasah daya pikir dan imajinasi
2. Menanamkan berbagi nilai dan etika
3. Menumbuhkan minat baca

kutipan dari:http://episentrum.com/artikel/manfaat-dan-kekuatan-dongeng-pada-psikologi-anak/

Merangsang Kreativitas Prasekolah

Sesungguhnya, setiap anak terlahir sebagai sosok yang memiliki kreativitas. Akan tetapi jangan salah, potensi kreatif tidak terberikan begitu saja, melainkan perlu pengembangan, hingga membuahkan sesuatu. Nah, dalam hal ini, peran orang tua begitu dominan, bagaimana anak dapat mengembangkan potensi kreatifnya?
Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl-Psych., anak berumur 3-5 tahun, memerlukan pengasuhan dan bimbingan yang baik agar muatan kreativitasnya dapat diberdayakan secara optimal. Pada skala umur ini, anak mudah menyerap segala informasi yang ada di sekitarnya.
Sistem belajar sambil bermain merupakan cara terbaik yang dapat diberikan kepada anak usia 3-5 tahun. Tentu saja harus disesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan masing-masing anak. Inilah beberapa pokok yang bisa dijadikan pembelajaran bagi mereka:
* Belajar mengembangkan dan mengasah keterampilan fisik yang diperlukan untuk melakukan berbagai permainan.
* Belajar menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
* Belajar mengembangkan berbagai keterampilan dasar, termasuk “membaca”, “menulis” dan “menghitung”.

Kutipan dari: http://episentrum.com/artikel/merangsang-kreativitas-prasekolah/

Bagaimana cara merangsang kecerdasan multipel ?

Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak dll.
Latih kecerdasan logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer dll.
Kembangkan kecerdasan visual-spatial dengan mengamati gambar, foto, merangkai dan membongkar lego, menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer dll.
Melatih kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari, melompat, melempar, menangkap, latihan senam, menari, olahraga permainan dll.
Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama dan nada.
Melatih kecerdasan emosi inter-personal dengan bermain bersama dengan anak yang lebih tua dan lebih muda, saling berbagi kue, mengalah, meminjamkan mainan, bekerjasama membuat sesuatu, permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya, agama melalui buku, TV dll.
Melatih kecerdasan emosi intra-personal dengan menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita, pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera dll.
Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanam biji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan, bulan, bintang dll.
Bila anak mempunyai potensi bawaan berbagai kecerdasan dan dirangsang terus menerus sejak kecil dengan cara yang menyenangkan dan jenis yang bervariasi maka anak kita akan mempunyai kecerdasan yang multipel.

Kutipan dari: http://gifted-disinkroni.blogspot.com/2007/04/tinggalkan-teori-keberbakatan-renzulli.html

Bagaimana cara merangsang kecerdasan multipel ?

Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak dll.
Latih kecerdasan logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer dll.
Kembangkan kecerdasan visual-spatial dengan mengamati gambar, foto, merangkai dan membongkar lego, menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer dll.
Melatih kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari, melompat, melempar, menangkap, latihan senam, menari, olahraga permainan dll.
Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama dan nada.
Melatih kecerdasan emosi inter-personal dengan bermain bersama dengan anak yang lebih tua dan lebih muda, saling berbagi kue, mengalah, meminjamkan mainan, bekerjasama membuat sesuatu, permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya, agama melalui buku, TV dll.
Melatih kecerdasan emosi intra-personal dengan menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita, pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera dll.
Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanam biji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan, bulan, bintang dll.
Bila anak mempunyai potensi bawaan berbagai kecerdasan dan dirangsang terus menerus sejak kecil dengan cara yang menyenangkan dan jenis yang bervariasi maka anak kita akan mempunyai kecerdasan yang multipel.

Kutipan dari: http://gifted-disinkroni.blogspot.com/2007/04/tinggalkan-teori-keberbakatan-renzulli.html

Cara melakukan stimulasi dini

sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang tidur.
Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak-kotak hitam-putih), benda-benda berbunyi, mengulingkan bayi kekanan-kekiri, tengkurap-telentang, dirangsang untuk meraih dan memegang mainan
Umur 3 – 6 bulan ditambah dengan bermain ‘cilukba’, melihat wajah bayi dan pengasuh di cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk.
Umur 6 – 9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan.
Umur 9 – 12 bulan ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mama-papa, kakak, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan dengan berpegangan.
Umur 12 – 18 bulan ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu), menyebutkan nama atau menunjukkan benda-benda.
Umur 18 – 24 bulan ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh (mana mata ? hidung?, telinga?, mulut ? dll), menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang & benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta dll), latihan menggambar garis-garis, mencuci tangan, memakai celana – baju, bermain melempar bola, melompat.
Umur 2 – 3 tahun ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit dll), menyebutkan nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil / besar di toilet.
Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan kemandirian (ditinggalkan di sekolah), berbagi dengan teman dll. Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak atau sejenisnya.
Pentingnya suasana ketika stimulasi
Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi-balita, setiap hari, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu).
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita.
Pentingnya pola pengasuhan yang demokratik (otoritatif)
Oleh karena itu interaksi antara pengasuh dan bayi atau balita harus dilakukan dalam suasana pola asuh yang demokratik (otoritatif). Yaitu pengasuh harus peka terhadap isyarat-isyarat bayi, artinya memperhatikan minat, keinginan atau pendapat anak, tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuh kasih sayang, dan kegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpa memaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik, memberikan koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan.
Mengapa stimulasi dini bisa merangsang kecerdasan multipel ?
Sel-sel otak janin dibentuk sejak 3 – 4 bulan di dalam kandungan ibu, kemudian setelah lahir sampai umur 3 – 4 tahun jumlahnya bertambah dengan cepat mencapai milyaran sel, tetapi belum ada hubungan antar sel-sel tersebut. Mulai kehamilan 6 bulan, dibentuklah hubungan antar sel, sehingga membentuk rangkaian fungsi-fungsi. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antar sel-sel otak ditentukan oleh stimulasi (rangsangan) yang dilakukan oleh lingkungan kepada bayi-balita tersebut.
Semakin bervariasi rangsangan yang diterima bayi-balita maka semakin kompleks hubungan antar sel-sel otak. Semakin sering dan teratur rangsangan yang diterima, maka semakin kuat maka hubungan antar sel-sel otak tersebut. Semakin kompleks dan kuat hubungan antar sel-sel otak, maka semakin tinggi dan bervariasi kecerdasan anak di kemudian hari, bila dikembangkan terus menerus, sehingga anak akan mempunyai banyak variasi kecerdasan (multiple inteligensia).

Kutipan dari: http://gifted-disinkroni.blogspot.com/2007/04/tinggalkan-teori-keberbakatan-renzulli.html

Stimulasi Dini untuk Mengembangkan Kecerdasan Jamak dan Kreativitas Anak

Apa yang dimaksud dengan kecerdasan multipel ?
Kecerdasan multipel (multiple inteligensia) adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak, antara lain verbal-linguistic (kemampuan menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat, presentasi, pidato, diskusi, tulisan), logical–mathematical (kemampuan menggunakan logika-matematik dalam memecahkan berbagai masalah), visual spatial (kemampuan berpikir tiga dimensi), bodily-kinesthetic (ketrampilan gerak, menari, olahraga), musical (kepekaan dan kemampuan berekspresi dengan bunyi, nada, melodi, irama), intrapersonal (kemampuan memahami dan mengendalikan diri sendiri), interpersonal (kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain), naturalist (kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan).
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kualitas kecerdasan ?
Kecerdasan multipel dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait yaitu faktor keturunan (bawaan, genetik) dan faktor lingkungan. Seorang anak dapat mengembangkan berbagai kecerdasan jika mempunyai faktor keturunan dan dirangsang oleh lingkungan terus menerus.
Orangtua yang cerdas anaknya cenderung akan cerdas pula jika faktor lingkungan mendukung pengembangan kecerdasaannnya sejak didalam kandungan, masa bayi dan balita. Walaupun kedua orangtuanya cerdas tetapi jika lingkungannya tidak menyediakan kebutuhan pokok untuk pengembangan kecerdasannya, maka potensi kecerdasan anak tidak akan berkembang optimal. Sedangkan orangtua yang kebetulan tidak berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi (belum tentu mereka tidak cerdas, mungkin karena tidak ada kesempatan atau hambatan ekonomi) anaknya bisa cerdas jika dicukupi kebutuhan untuk pengembangan kecerdasan sejak di dalam kandungan sampai usia sekolah dan remaja.
Apa kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan ?
Tiga kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan antara lain adalah kebutuhan FISIK-BIOLOGIS (terutama untuk pertumbuhan otak, sistem sensorik dan motorik), EMOSI-KASIH SAYANG (mempengaruhi kecerdasan emosi, inter dan intrapersonal) dan STIMULASI DINI (merangsang kecerdasan-kecerdasan lain).
Kebutuhan FISIK-BIOLOGIS terutama gizi yang baik sejak di dalam kandungan sampai remaja terutama untuk perkembangan otak, pencegahan dan pengobatan penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan, dan ketrampilan fisik untukmelakukanaktivitassehari-hari.
Kebutuhan EMOSI-KASIH SAYANG : terutama dengan melindungi, menimbulkan rasa aman dan nyaman, memperhatikan dan menghargai anak, tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan tetapi lebih banyak memberikan contoh-contoh dengan penuh kasih sayang. Kebutuhan STIMULASI meliputi rangsangan yang terus menerus dengan berbagai cara untuk merangsang semua system sensorik dan motorik.
Ketiga kebutuhan pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin didalam kandungan karena akan saling berpengaruh. Bila kebutuhan biofisik tidak tercukupi, gizinya kurang, sering sakit, maka perkembangan otaknya tidak optimal. Bila kebutuhan emosi dan kasih sayang tidak tercukupi maka kecerdasan inter dan antar personal juga rendah. Bila stimulasi dalam interaksi sehari-hari kurang bervariasi maka perkembangan kecerdasan juga kurang bervariasi.

Kutipan dari: http://gifted-disinkroni.blogspot.com/2007/04/tinggalkan-teori-keberbakatan-renzulli.html

Perilaku Buruk Anak dan Kiat Mengatasinya

Pada umumnya, empat bulan pertama kehadiran seorang anak merupakan masa manis penuh madu bagi orangtua. Mulai bulan kelima dan seterusnya banyak orangtua yang mulai menghadapi masalah dengan buah hatinya. Mereka mulai mengeluh mengenai anaknya yang sulit makan, kebiasaan tidur jauh malam atau terbangun tengah malam. Mereka pun mulai melihat tanda-tanda bahwa si kecil amat lekat dan menangis bila ditinggal meski hanya sekejap.
Pada tahun kedua ada anak yang tampak sangat pemalu, perlu waktu lama untuk dapat bersikap wajar dalam lingkungan baru, terlihat takut atau tak mau berkenalan dengan orang lain. Perkembangan kemampuan berbahasa pada anak usia ini pun tampak pesat. Kosa katanya cukup banyak. Anak juga makin terdorong menjelajahi lingkungannya dan mobilitas anak seringkali meninggalkan masalah untuk orangtua.
Memasuki tahun ketiga, si kecil mulai banyak aktivitas fisiknya. Ia mulai terampil melakukan berbagai hal sendiri serta mulai mampu menunjukkan independensinya. Seakan, ia sudah memiliki kemampuan sendiri, mau mencoba berbagai hal sendiri, dan seringkali enggan diberi petunjuk. Kadangkala, dalam interaksi sosial dengan orang lain anak menunjukkan tingkah laku yang mengkhawatirkan. Ia seakan berubah dari anak manis menjadi anak yang suka menentang, tidak mau menurut, tidak mau berbagi, sulit diberitahu dan suka memaksakan kehendak. Mau menang sendiri, suka ngambek, mengamuk atau pun bertindak agresif. Banyak pula orangtua yang kewalahan menghadapi si tiga tahunnya terlalu banyak bertanya, banyak bergerak tak kenal lelah dan sering bersikeras mengenai banyak hal.
Bila semua tingkah laku anak di usia dini dapat ditanggapi orangtua dengan tepat, maka tahun-tahun selanjutnya akan menjadi tahun-tahun yang relatif tenang. Usia empat lima tahunan anak sudah cukup mampu melakukan banyak hal tanpa bantuan orangtua. Masalah yang dihadapi orangtua pun biasanya berkaitan dengan kegiatan baru bagi anak yaitu bersekolah. Keberhasilan anak bersekolah tergantung pada keterampilan sosial dan emosinya.
Keterampilan sosial dan emosi berperan penting dalam pergaulan, dan dapat berkembang melalui berbagai kegiatan yang memberi kesempatan anak berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa lain selain orangtunya. Di usia pra sekolah biasanya orangtua dan para guru mendapat masalah yang berkaitan dengan perkembangan sosio-emosional anak. Anak yang pemalu, mudah tersinggung, tidak pandai berteman, perlu ditemani terus, menuntut untuk selalu diperhatikan atau diutamakan, suka memukul teman, agresif, tidak mau bersekolah, hampir selalu dijumpai di Taman Kanak-kanak manapun.
Begitupula di lingkungan rumah, cukup banyak orangtua yang mengeluhkan perilaku pra sekolahnya karena masih suka ngompol, tidak berani tidur sendiri, galak, suka bertengkar dengan kakak/adiknya, bossy, selalu minta dilayani, dsb.
Gejala tingkah laku yang tidak diinginkan tersebut merupakan hal yang wajar dalam perkembangan, karena semua anak tengah berada dalam proses belajar hidup sebagai makhluk sosial. Namun demikian, orangtua perlu waspada dan melakukan tindakan dini agar tingkah laku negatif anak tidak terlanjur menetap melampaui kewajaran ditinjau dari usia anak.
Sebelum melakukan suatu tindakan terhadap tingkahlaku anak, orangtua perlu lebih memahami situasi yang dihadapi anak. Tingkah laku umumnya tidak akan muncul tanpa sebab atau pemicu. Tingkahlaku dapat merupakan aksi dapat pula merupakan reaksi terhadap suatu hal di sekitar anak.
Karena itu orangtua pun perlu mencermati situasi ketika anak menunjukkan tingkahlaku buruk. Apapun tindakan yang dilakukan dalam pengasuhan dan pendisiplinan, hendaknya didasarkan pada konsep the best interest of the child, bukan untuk orangtua. Kita perlu senantiasa mengingat bahwa tujuan kita membesarkan, mengasuh atau mendisplinkan anak adalah untuk membantu anak belajar hidup sebagai makhluk sosial dan agar anak dapat mengembangkan dirinya sebaik mungkin.
Melalui praktik pengasuhan, orangtua diharapkan dapat mengembangkan anak menjadi makhluk sosial yang mampu menata diri, mengendalikan diri, dan mengarahkan dirinya sendiri tanpa banyak campur tangan oranglain. Tugas yang tidak mudah, memang. Mengingat kebanyakan orangtua melakukan praktik pengasuhan sambil belajar. Salah satu sumber belajar yang dapat dipakai orangtua adalah buku-buku yang berisi panduan mengasuh anak yang praktis, tidak terlalu teoritis, mudah dicerna dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Praktik pengasuhan akan lebih berhasil baik apabila orangtua mengenal anaknya. Sendiri melalui pengamatn dan interaksi sehari-hari. Selain itu, pengalaman menunjukkan bahwa praktik pengasuhan atau pendisiplinan hanya akan berhasil baik apabila dilandasi sikap positif orangtua. Sika positif yang dimaksudkan bahwa dalam proses mendidik anak, orangtua senantiasa menghargai anak, memahami dan menerima anak apa danya, serta memberi dukungan ketika anak membutuhkan Dengan landasan sikap tersebut, orangtua akan memandang anak sebagai sesama manusia yang sedang belajar, bukan sebagai kendala atau kesulitan.
Sikap negatif dan menghukum hanya akan melukai harga diri anak, menumbuhkan kecemasan, ketakutan, rasa bersalah dan rasa tidak percaya diri. Dalam jangka panjang praktik pengasuhan ini akan berdampak negatif bagi kesejahteraan psikologis anak. Mungkin perlu kita simak kata orang bijak, bahwa dari disiplin yang diterapkan melalui kasih sayang akan melahirkan kearifan. Dan Indonesia memerlukan lebih banyak orang arif. Mudah-mudahan buah hati Anda menjadi salah satu di antaranya.

kutipan dari:http://keluargasehat.wordpress.com/category/perilaku-bayi-dan-anak/

macam-macam emosi

• Takut: Emosi ini cenderung atau sering disebabkan oleh situasi sosial tertentu, biasanya kondisi ketakutan pada suatu obyek yang nyata. Misalnya, takut berada di tempat yang gelap atau sepi.
• Khawatir: Khawatir ini merupakan bentuk ketakutan, tetapi lebih bersifat imajiner atau khayalan. Dalam pikiran dan keyakinan kita diyakini konkret keberadaannya. Kekhawatiran muncul kalau intensitas ketakutan meningkat. Misalnya, khawatir kalau kita tidak berhasil melakukan sesuatu atau tidak lulus ujian.
• Marah: Marah bersifat sosial dan biasanya terjadi jika mendapat perlakukan tidak adil atau tidak menyenangkan dalam interaksi sosial. Marah membuat kita menjadi tertekan. Saat kita marah denyut jantung kita bertambah cepat dan tekanan darah naik. Napas pun tersengal dan pendek, otot menegang.
• Sebal: Sebal terjadi kalau kita merasa terganggu, tetapi tidak sampai menimbulkan kemarahan dan cenderung tidak menimbulkan tekanan bagi kita. Sebal akan muncul berkaitan dengan hubungan antarpribadi, misalnya kita sebal melihat tingkah teman atau si pacar yang enggak perhatian.
• Frustrasi: Frustrasi merupakan keadaan saat individu mengalami hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhannnya, terutama bila hambatan tersebut muncul dari dirinya sendiri. Konsekuensi frustrasi dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Kita dianggap mampu memberikan respons positif terhadap rasa frustrasi kalau mampu memahami sumber-sumber frustrasi dengan logis. Namun, reaksi yang negatif juga dapat muncul dalam bentuk agresi fisik dan verbal, pengalihan kemarahan pada obyek lain serta penghindaran terhadap sumber persoalan atau realitas hidupnya.
• Cemburu: Cemburu adalah suatu keadaan ketakutan yang diliputi kemarahan. Perasaan ini muncul didasarkan perasaan tidak aman dan takut status atau posisi kita yang sangat berarti bagi diri kita akan digantikan oleh orang lain. Yang paling sering kita alami adalah cemburu kalau melihat cowok atau cewek kita dekat sama orang lain atau sahabat kita mulai dekat dengan teman lain.
• Iri Hati: Emosi ini ditunjukkan pada orang tertentu atau benda yang dimiliki orang lain. Hal ini bisa menjadi hal yang berat bagi kita karena berkaitan dengan materi yang juga menunjukkan status sosial. Misalnya, kita iri karena melihat si A lebih cantik, kaya, populer daripada kita.
• Dukacita: Dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak terlalu berat, tetapi mengganggu individu. Keadaan ini terjadi bila kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat berarti buat kita. Kalau dialami dalam waktu yang panjang dan berlebihan akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikis yang cukup serius hingga depresi.
• Afeksi atau Sayang: Afeksi adalah keadaan emosi yang menyenangkan dan obyeknya lebih luas, memiliki intensitas yang tidak terlalau kuat (tidak sekuat cinta), dan berkaitan dengan rasa ingin dimiliki dan dicintai.
• Bahagia: Perasaan ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap individu. Bahagia muncul karena remaja mampu menyesuaikan diri dengan baik pada suatu situasi, sukses dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain atau berasal dari terlepasnya energi emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan dirinya.

kutipan dari:
http://chetlez.ngeblogs.com/category/pengemb-kreatifitas-keberbakatan/

kiat-kiat menjadi kreatif

Kreativitas bisa dilakukan oleh siapa saja yang mau. Menurut Colin Rose & Malcolm J. Nichol (2002: 275) dalam bukunya Accelerated Learning, “ Menjadi kreatif tidak hanya berpangku tangan menunggu kilatan ilham. Kreativitas menuntut banyak usaha keras dan mensyaratkan persiapan matang.” Terlebih sekarang banyak sekali orang yang menulis cara-cara untuk menjadi kreatif, baik dalam bentuk literature, permainnan, peta pemikiran, dll. Oleh karena itu, pengembangan kreativitas dilakukan sejak usia dini, tinjauan dan penelitian-penelitian tentang proses kreativitas, kondisi-kondisinya serta cara-cara yang dapat memupuk, merangsang, dan mengembangkannya menjadi sangat penting. Beberapa alasan mengapa kreativitas perlu dipupuk sejak dini:
1. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengkatualisasikan) dirinya, dan perwujudan/ aktualitas diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia (Maslow,1967). Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya.
2. Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini kurang mendapat perhatian dalam pendidikan (Guilford,1967)
3. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat (bagi diri pribadi dan bagi lingkungan) tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.
4. Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

kutipan dari:http://theresialala.ngeblogs.com/2010/02/25/definisi-konsepsional-dan-operasional-kreatifitas/

Sidik Jari Si Penguak Bakat

Sidik jari ternyata tak hanya berguna untuk mengidentifikasi seseorang, tetapi juga bisa untuk mengetahui bakat terpendam. Ingin tahu cara kerjanya, yuk kita simak bersama!
Kelebihan yang dimiliki seseorang pada suatu bidang, atau disebut bakat, memang tak mudah untuk ditemukan. Menurut Dr. Reni Akbar Hawadi, Psi., kepala Pusat Keterbakatan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, untuk menjadi orang berbakat tak hanya sekadar mewarisi bakat secara herediter dari garis keturunan.
Namun, untuk menjadikan bakat tadi teraktualisasi, perlu adanya intervensi lingkungan atau pengasahan atas kapasitas bakat tadi. Nah, jika belum tahu bakat apa yang terpendam dalam jiwa anak, bagaimana bisa mengasah bakatnya agar menjadi kemampuan khusus?
Untuk itu, orangtua perlu menstimulasi dan mengetesnya untuk mengetahui potensi bakat anak. Antara lain dengan memaksimalkan seluruh modalitas sang anak, misalnya dari pendengaran, penglihatan, pencecapan, perabaan, dan sebagainya sejak anak berusia 6 bulan.
Bila perlu, lakukan penelusuran bakat anak dengan metoda tes dan non tes (wawancara dan observasi). Salah satu yang ditawarkan dari metoda penelusuran bakat dengan tes adalah dengan finger print test. Metoda penelusuran bakat ini memanfaatkan pola sidik jari yang dicetak melalui sensor sidik jari.
Kini metoda yang juga dipraktekkan di dPi Consulting ini tak hanya membantu anak-anak menemukan bakatnya, juga membantu mengarahkan anak berkebutuhan khusus untuk mengasah kemampuan khusus dalam dirinya.
Sidik Jari VS Kapasitas Otak
Bagaimana sidik jari bisa menggambarkan kemampuan terpendam seseorang? Ayu S. Sadewo konsultan dan psikolog dari PT. Duta Pelita Insani (dPi) Consulting yang mempraktekkan finger print test mengatakan, sebenarnya ini bukanlah hal yang aneh.
"Yang penting diketahui, finger print test bukanlah ilmu tebak-tebakan atau sulap karena ada dasar teori dan penelitian yang mendasari dilakukannya analisa sidik jari, untuk menggambarkan kemampuan seseorang," terang Ayu.
Finger print test sebenarnya sudah mulai diteliti sejak beberapa ratus tahun lalu. Pada tahun 1823, John E. Purkinje merumuskan tiga pola utama (busur, pusaran, dan lengkung) dan 9 pola dasar sidik jari, berdasarkan penelitian yang dilakukannya.
Konon, sidik jari yang terbentuk ketika manusia masih berusia 13 minggu di dalam kandungan, berkaitan erat dengan kode genetik yang diwarisi dari orangtua. Kode genetik ini lalu berkombinasi menjadi sesuatu yang unik, dan menjadikannya tak sama satu dengan yang lain.
Sehingga tak heran, keunikan ini juga dijadikan alat identifikasi seseorang melalui sidik jari. Oleh karena erat kaitannya dengan identifikasi genetik, yang juga mempengaruhi pembentukan komposisi tubuh lainnya, pola jari ini lalu dikaitkan dengan komposisi otak.
Tentu saja pembentukan komposisi otak juga dipengaruhi kode genetik. Melalui sejumlah penelitian lalu dirumuskan jumlah alur-alur, pola dasar sidik jari, dan bilah tangan seseorang yang menggambarkan kemampuan yang dimilikinya.
Berbeda Kiri & Kanan
Lalu, bagaimana sidik jari menggambarkan bakat anak secara akurat? Berdasarkan TNGF (total nerve growth factor), dari pola sidik jari dan telapak tangan dapat dilakukan penghitungan mulai jumlah alur, pola sidik jari, hingga sudut pola segitiga telapak tangan (ATD) yang menggambarkan kemampuan belajar sel dan belahan otak.
Berdasarkan TNGF ini jugalah dapat dirumuskan dominasi kemampuan otak kiri dan kanan. Menurut teori, telapak tangan kiri menggambarkan kemampuan otak belahan kanan. Begitu pula sebaliknya, telapak tangan kanan menggambarkan kemampuan otak belahan kiri.
Seberapa banyak nilai yang didapat dari penghitungan sudut pola segitiga telapak tangan akan menggambarkan dominasi belahan otak mana yang lebih banyak berperan dalam diri seseorang.
Sebagaimana diketahui, belahan otak kanan lebih banyak bertanggung jawab pada kemampuan pengelolaan emosional. Pada bagian ini kemampuan intuisi juga ditentukan. Sehingga proses kreatif, selera (seni), nalar, berpikir secara abstrak, berpikir menyeluruh, dan sejenisnya sangat mempengaruhi kemampuan.
Tak heran jika orang yang didominasi otak kanan lebih berbakat dalam bidang seni musik, kreatif visual, seni rupa, dan sosial. Sedangkan orang yang didominasi belahan otak kiri lebih banyak mempengaruhi kemampuan logika, matematika, koordinasi tubuh, ingatan, hingga identifikasi terhadap warna, bahasa, dan pengamatan.
Orang dengan dominasi otak kiri lebih berbakat di bidang pengetahuan, kemampuan bahasa (penguasaan bahasa asing), berhitung, juga olahraga.
Dengan ditemukannya dominasi belahan otak kanan-kiri ini, lalu dihitung potensi yang lebih menonjol berdasarkan sidik jari. Sehingga ditemukan bakat yang lebih dominan. Dan analisa yang dibuat akan lebih spesifik pada bakat tertentu yang dimiliki.

kutipan dari:
http://default.tabloidnova.com/article.php?name=/sidik-jari-si-penguak-bakat&channel=keluarga%2Fanak

MANAJEMEN PESERTA DIDIK dalam MENGHADAPI KREATIFITAS ANAK

Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan manajemen pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya pendidikan. Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya. Fakta-fakta dilapangan ditemukan sistem pengelolaan anak didik masih menggunakan cara-cara konvensional dan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Padahal Kreativitas disamping bermanfaat untuk pengembangan diri anak didik juga merupakan kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia. Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan, menilai dan meguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubahnya dan mengujinya lagi sampai pada akhirnya menyampaikan hasilnya. Dengan adanya kreativitas yang diimplementasiakan dalam sistem pembelajaran, peserta didik nantinya diharapkan dapat menemukan ide-ide yang berbeda dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga ide-ide kaya yang progresif dan divergen pada nantinya dapat bersaing dalam kompetisi global yang selalu berubah.

Perkembangan anak didik yang baik adalah perubahan kualitas yang seimbang baik fisik maupun mental. Tidak ada satu aspek perkembangan dalam diri anak didik yang dinilai lebih penting dari yang lainnya. Oleh karena itu, teori kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh psikolog asal Amerika Serikat, Gardner dinilai dapat memenuhi kecenderungan perkembangan anak didik yang bervariasi.

Penyelenggaraan pendidikan saat ini harus diupayakan untuk memberikan pelayanan khusus kepada peserta didik yang mempunyai kreativitas dan juga keberbakatan yang berbeda agar tujuan pendidikan dapat diarahkan menjadi lebih baik.

Muhibbin Syah menjelaskan bahwa akar kata dari pendidikan adalah "didik" atau "mendidik" yang secara harfiah diartikan memelihara dan memberi latihan. Sedangkan "pendidikan", merupakan tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pelatihan dan pengajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan tidak dapat lepas dari pengajaran. Kegiatan dari pengajaran ini melibatkan peserta didik sebagai penerima bahan ajar dengan maksud akhir dari semua hal ini sesuai yang diamanatkan dalam undang-undang no. 20 tentang sisdiknas tahun 2003; agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam pendidikan, peserta didik merupakan titik fokus yang strategis karena kepadanyalah bahan ajar melalui sebuah proses pengajaran diberikan. Sebagai seorang manusia menjadi sebuah aksioma bahwa peserta didik mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, mereka unik dengan seluruh potensi dan kapasitas yang ada pada diri mereka dan keunikan ini tidak dapat diseragamkan dengan satu aturan yang sama antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain, para pendidik dan lembaga sekolah harus menghargai perbedaan yang ada pada diri mereka. Keunikan yang terjadi pada peserta didik memang menimbulkan satu permasalahan tersendiri yang harus diketahui dan dipecahkan sehingga pengelolaan murid (peserta didik) dalam satu kerangka kerja yang terpadu mutlak diperhatikan, terutama pertimbangan pada pengembangan kreativitas, hal ini harus menjadi titik perhatian karena sistem pendidikan memang masih diakui lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberikan perhatian kepada pengembangan kreatif peserta didik. Hal ini terjadi dari konsep kreativitas yang masih kurang dipahami secara holistic, juga filsafat pendidikan yang sejak zaman penjajahan bermazhabkan azas tunggal seragam dan berorientasi pada kepentingan-kepentingan, sehingga pada akhirnya berdampak pada cara mengasuh, mendidik dan mengelola pembelajaran peserta didik.

Kebutuhan akan kreativitas tampak dan dirasakan pada semua kegiatan manusia. Perkembangan akhir dari kreativitas akan terkait dengan empat aspek, yaitu: aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Kreativitas akan muncul dari interaksi yang unik dengan lingkungannya.Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan mengujinya. Proses kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan (motivasi intristik) maupun dorongan eksternal. Motivasi intrinstik ini adalah intelegensi, memang secara historis kretivitas dan keberbakatan diartikan sebagai mempunyai intelegensi yang tinggi, dan tes intellejensi tradisional merupakan ciri utama untuk mengidentifikasikan anak berbakat intelektual tetapi pada akhirnya hal inipun menjadi masalah karena apabila kreativitas dan keberbakatan dilihat dari perspektif intelejensi berbagai talenta khusus yang ada pada peserta didik kurang diperhatikan yang akhirnya melestarikan dan mengembang biakkan Pendidikan tradisional konvensional yang berorientasi dan sangat menghargai kecerdasan linguistik dan logika matematik. Padahal, Teori psikologi pendidikan terbaru yang menghasilkan revolusi paradigma pemikiran tentang konsep kecerdasan diajukan oleh Prof. Gardner yang mengidentifikasikan bahwa dalam diri setiap anak apabila dirinya terlahir dengan otak yang normal dalam arti tidak ada kerusakan pada susunan syarafnya, maka setidaknya terdapat delapan macam kecerdasan yang dimiliki oleh mereka.

Salah satu cara dalam memecahkan masalah ini adalah pengelolaan pelayanan khusus bagi anak-anak yang punya bakat dan kreativitas yang tinggi, hal ini memang telah diamanatkan pemerintah dalam undang-undang No.20 tentang sistem pendidikan nasional 2003, perundangan itu berbunyi " warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus".

Pengertian dari pendidikan khusus disini merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan-pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pada akhirnya memang diperlukan adanya suatu usaha rasional dalam mengatur persoalan-persoalan yang timbul dari peserta didik karena itu adanya suatu manajemen peserta didik merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

Siswa berbakat di dalam kelas mungkin sudah menguasai materi pokok bahasan sebelum diberikan. Mereka memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan dan konsep pembelajaran yang lebih maju. Untuk menunjang kemajuan peserta didik diperlukan modifikasi kurikulum. Kurikulum secara umum mencakup semua pengalaman yang diperoleh peserta didik di sekolah, di rumah, dan di dalam masyarakat dan yang membantunya mewujudkan potensi-potensi dirinya. Jika kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan pada umumnya, maka saat ini haruslah diupayakan penyelenggaraan kurikulum yang berdiferensi untuk memberikan pelayanan terhadap perbedaan dalam minat dan kemampuan peserta didik. Dalam melakukan kurikulum yang berbeda terhadap peserta didik yang mempunyai potensi keberbakatan yang tinggi, guru dapat merencanakan dan menyiapkan materi yang lebih kompleks, menyiapkan bahan ajar yang berbeda, atau mencari penempatan alternatif bagi siswa. Sehingga setiap peserta didik dapat belajar menurut kecepatannya sendiri.

Dalam paradigma berpikir masyarakat Indonesia tentang kreativitas, cukup banyak orangtua dan guru yang mempunyai pandangan bahwa kreativitas itu memerlukan iklim keterbukaan dan kebebasan, sehingga menimbulkan konflik dalam pembelajaran atau pengelolaan pendidikan, karena bertentangan dengan disiplin. Cara pandang ini sangatlah tidak tepat. Kreativitas justru menuntut disiplin agar dapat diwujudkan menjadi produk yang nyata dan bermakna. Displin disini terdiri dari disiplin dalam suatu bidang ilmu tertentu karena bagaimanapun kreativitas seseorang selalu terkait dengan bidang atau domain tertentu, dan kreativitas juga menuntut sikap disiplin internal untuk tidak hanya mempunyai gagasan tetapi juga dapat sampai pada tahap mengembangkan dan memperinci suatu gagasan atau tanggungjawab sampai tuntas.

Masa depan membutuhkan generasi yang memiliki kemampuan menghadapi tantangan dan perubahan yang terjadi dalam era yang semakin mengglobal. Tetapi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia saat ini belum mempersiapkan para peserta didik dengan kemampuan berpikir dan sikap kreatif yang sangat menentukan keberhasilan mereka dalam memecahkan masalah.

Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini dirasakan merupakan kebutuhan setiap peserta didik. Dalam masa pembangunan dan era yang semakin mengglobal dan penuh persaingan ini setiap individu dituntut untuk mempersiapkan mentalnya agar mampu menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Oleh karena itu, pengembangan potensi kreatif yang pada dasarnya ada pada setiap manusia terlebih pada mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa perlu dimulai sejak usia dini, Baik itu untuk perwujudan diri secara pribadi maupun untuk kelangsungan kemajuan bangsa.

Dalam pengembangan bakat dan kreativitas haruslah bertolak dari karakteristik keberbakatan dan juga kreativitas yang perlu dioptimalkan pada peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Motivasi internal ditumbuhkan dengan memperhatikan bakat dan kreativitas individu serta menciptakan iklim yang menjamin kebebasan psikologis untuk ungkapan kreatif peserta didik di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.

Merupakan suatu tantangan bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia untuk dapat membina serta mengembangkan secara optimal bakat, minat, dan kemampuan setiap peserta didik sehingga dapat mewujudkan potensi diri sepenuhnya agar nantinya dapat memberikan sumbangan yang bermakna bagi pembangunan masyarakat dan negara. Teknik kreatif ataupun taksonomi belajar pada saat ini haruslah berfokus pada pengembangan bakat dan kreativitas yang diterapkan secara terpadu dan berkesinambungan pada semua mata pelajaran sesuai dengan konsep kurikulum berdiferensi untuk siswa berbakat. Dengan demikian diharapkan nantinya akan dihasilkan produk-produk dari kreativitas itu sendiri dalam bidang sains, teknologi, olahraga, seni dan budaya.

http://community.um.ac.id/archive/index.php/t-57966.html

FENOMENA ARTIS MENJADI CALEG

Pemilu 2009 adalah pemilu para bintang. Bintang apalagi kalau bukan bintang film, sinetron atau mereka yang dipundaknya ada (bekas) bintangnya. Ya, selain para artis yang meramaikan dunia politik Indonesia saat ini ada juga para purnawirawan jenderal yang berada di jajaran elite politik parpol yang turun gunung dalam proses pencalegan.

Tengok saja beberapa artis yang terlibat saat ini seperti Wulan Guritno, Derry Drajat dan Eko Patrio (PAN), Nurul Arifin (Golkar), Adjie Masaid, Komar, Angelina Sondakh (PD), Rieke Dyah Pitaloka (PDIP), pedangdut Syaiful Jamil, dan Ayu Soraya. Akankah fenomena artis jadi politikus ini sekadar pemanis dan pendulang suara parpol semata.
Saat yang sama, kini, menjelang pemilu 2009, para bekas Jenderal dan purnawirawan banyak meramaikan Partai Politik. Ada yang memang di lamar oleh sebuah Partai, atau memang mereka sendiri yang membuat Partai Politik. Setidaknya tercatat 9 Parpol dimana ada purnawirawan yang ikut dalam kepengurusan parpol. Parpol tersebut antara lain : Partai Karya Peduli Bangsa, Partai Demokrasi Kebangsaan, Partai Golkar, Partai Republik nusantara, Partau Bulan Bintang, Partai Demokrat, Partai Hanura, Gerindra, dan PDI-Perjuangan.
Kondisi ini di satu sisi membuat dinamika politik yang ada semakin “segar”, artinya semakin jauh dari stagnasi dan kekakuan rekrutmen kader yang ada, namun di sisi lain justeru memunculkan pertanyaan, bisakah para bintang ini berlaga sebagaiman mereka berada di dunia mereka sebelumnya.

Jangan sampai, para bintang ini, hanya “fenomena hiasan”, yang dianggap indah dan menarik namun kurang memiliki makna subtantif.
Semoga.

kutipan dari:http://nsudiana.wordpress.com/2008/08/22/fenomena-artis-menjadi-caleg/

PEREMPUAN DAN MEDIA MASSA

Persoalan tentang perempuan merupakan persoalan yang senantiasa aktual dan seringkali mengundang perdebatan panjang yang tak berujung. Apapun isu tentang perempuan tidak terasa basi untuk menghiasi atmosfir pembicaraan publik, dan media massa tentu saja merupakan pihak yang sangat berkepentingan terhadap dieksposnya persoalan-persoalan yang menarik seputar persoalan perempuan untuk bisa di konsumsi khalayak.
Media massa dan perempuan ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa di pisahkan, keduanya memiliki kaitan erat yang berjalin berkelindan saling melengkapi. Perempuan banyak yang memanfaatkan jasa media massa demi untuk meningkatkan popularitasnya, sebaliknya media massa butuh sebuah “nuansa khas” dari seorang perempuan, mulai dari sisi keberhasilan karir dan jabatannya, ketegarannya menyikapi sebuah persoalan besar, “kenekadannya” dalam melakukan sesuatu dan terakhir adalah keberaniannya untuk memperlihatkan auratnya. Setiap perempuan sebenarnya secara umum memiliki “rasa” yang sama dengan laki-laki yakni keinginan untuk terkenal, untuk mendapatkan banyak uang serta untuk menjadi terhormat.
Persoalannya kemudian, apakah akan kita biarkan kondisi ini berjalan apa adanya, tanpa sebuah kontrol dan garis batas yang tegas. Relakah kita mendiamkan kondisi ini dan sebaliknya seolah menutup mata dan telinga kita serta sama sekali tidak peduli dengan hal ini. Bagi seorang manusia yang masih memiliki nurani dan peduli pada nasib generasi mudanya ke depan persoalan ini menjadi tidak sederhana. Ia akan memandang dengan serius dan tentu saja tidak akan membiarkan kondisi ini terus berlangsung. Orang yang punya nurani tentu tidak akan bisa dengan tenang “menikmati” persoalan ini, Ia akan malu mengkonsumsi gambar-gambar seronok yang tersaji di berbagai media massa.
Ada Empat alasan kenapa kita harus peduli ditertibkannya media massa yang memuat dan menampilkan gambar-gambar seronok dalam penerbitannya :
Pertama, ketika masyarakat kita belum terdidik dan cerdas dalam memilah-milah informasi yang sampai kepadanya apakah ini merupakan sebuah pembenaran bagi pengusaha media massa untuk– karena alasan permintaan pasar yang sebenarnya lebih berorientasi pada keuntungan yang akan diraih–menyajikan info-info serta foto-foto vulgar seorang perempuan tanpa merasa sedikitpun membuat kesalahan. Seandainya memang benar, lantas kemana pertimbangan moralitas mereka. Mengapa kondisi masyarakat yang sebagian besarnya memang belum memiliki pendidikan yang cukup terus dibodohi dan direndahkan martabatnya. Harusnya ada proses pendidikan di tingkat wacana masyarakat untuk sedikit demi sedikit menuju sebuah perbaikan. Apabila pembodohan ini dilakukan terus-menerus, bisa jadi berjalannya waktu tidak akan berpengaruh sedikitpun terhadap perubahan cara pandang dan cara berpikir masyarakat. Kemajuan berpikir kalau demikian caranya hanya menjadi sebuah retorika semu semata, karena langkanya proses “pencerahan” yang sampai ke masyarakat.
Apakah mereka yang selama ini bergelut di berbagai media massa yang ada tidak memiliki pertimbangan yang jauh ke depan, demi penyelamatan sebuah generasi. Kenapa dengan mudah persoalan moralitas ini di tukar dengan nilai-nilai nominal lembaran-lembaran uang tunai. “Sungguh hebat” orang-orang yang sengaja–bahkan mungkin dengan senang hati–meracuni generasi muda bangsa hanya sekedar alasan permintaan pasar. Siapapun mereka–mulai dari si artisnya sendiri, fotografernya, pengusaha media yang bersangkutan serta seluruh yang terkait dengan pembuatan dan penyebaran hal itu–memiliki andil yang sama dalam melakukan demoralisasi anak bangsa. Kondisi ini akan lebih parah lagi manakala pejabat-pejabat yang terkait dengan ijin dan pengontrolan media massa tidak ambil pusing dengan persoalan ini. Apa jadinya kalau mereka yang punya otoritas dalam pengambilan kebijakan ternyata justeru malah mendapatkan keuntungan dari penerbitan yang berasal dari media massa tersebut.
Kedua, apakah karena alasan popularitas seorang perempuan dengan senang hati memamerkan auratnya di hadapan publik. Benarkah popularitas hanya bisa dicapai dengan hal itu, tidak adakah hal lain yang bisa mendongkrak kepopuleran seorang perempuan. Apabila benar, terlalu naif rasanya jika popularitas yang dicapai tersebut hanya karena memiliki “keberanian” memamerkan kemolekan tubuh. Sungguh rendah martabat seorang perempuan kalau seperti itu. Padahal seorang manusia diciptakan Tuhannya dengan sejumlah bekal hidup dan potensi diri yang akan memandu manusia menjadi terhormat diantara makhluk lainnya yang ada di bumi. Salah satu yang sangat berharga bagi manusia adalah diberikannya manusia berupa seperangkat bagian tubuh yang bernama akal dan pikiran demi untuk kelangsungan hidupnya, yang akan menjadi penentu arah dari seluruh keinginan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan demikian jelas ukuran popularitas seorang perempuan akan sangat rendah nilainya jika hanya disandarkan pada penilaian–penilaian fisik semata. Siapapun orangnya, jika hanya mampu mengeskploitasi kemolekan tubuhnya semata dalam mencapai popularitasnya maka ia harus rela disamakan nilainya dengan binatang peliharaan, yang lebih banyak di nilai dengan standar–standar yang rendah seperti itu.
Ketiga, di kalangan beberapa artis serta foto model tercipta stigma yang salah tentang arti profesionalisme kerja di bidang mereka. Mereka merasa bahwa semakin mereka berani membuka tubuhnya maka mereka akan semakin banyak mendapatkan imbalan. Tidak mengherankan jika kondisi ini memicu persaingan tidak sehat di kalangan para artis, mereka beranggapan masalah pose-pose vulgar mereka bagian dari dunia kerja mereka.
Keempat, anggapan bahwa pose-pose vulgar perempuan yang ada di media massa merupakan perwujudan nilai seni, rasanya terlalu dilebih-lebihkan. Menurut Rendra, saat menghadiri peluncuran album “Bung Karno milik rakyat” apa yang terjadi saat ini sudah mengarah ke pornografi. Ia mengatakan pornografi bukan hasil karya seni tapi merupakan perbuatan pelecehan terhadap martabat perempuan karena dalam pornografi selera murahan dikipas-kipas dengan mengeksploitasi aurat kaum hawa. Ia menambahkan bahwa pornografi kebanyakan membangkitkan selera rendah yang menjadikan perempuan sebagai obyek, padahal sensualitas perempuan penuh dengan sensualitas kasih sayang bukan sensualitas yang rendahan. Unsur keindahan di dalam bentuk tubuh wanita merupakan ciptaan Tuhan yang tidak layak dan tidak patut dijadikan obyek untuk membangkitkan selera murahan dan rendahan.
Logika mempertontonkan aurat wanita karena alasana seni merupakan logika yang terasa dipaksakan untuk tidak sekedar pengedepanan kepentingnan sang seniman saja dalam lebih banyak menikmati dunianya saja, bukankah seni pada dasarnya berorientasi pada penciptaan keindahan sejati yang tidak didasarkan pada pikiran-pikiran murahan. Kalau memang alasan pengambilan gambar-gambar seronok itu demi alasan seni, apakah tidak ada lagi obyek yang pantas untuk menunjukkan betapa banyak obyek lain ciptaan Tuhan yang sebenarnya tak kalah indah jika dibanding dengan hanya sekedar tubuh seorang wanita.

kutipan dari:http://nsudiana.wordpress.com/2008/01/04/perempuan-dan-media-massa/

MENUJU PUNCAK KREATIVITAS

Manusia adalah makhluk kreatif. Tanpa kehadiran manusia di bumi, kita tidak tahu seperti apa jadinya dunia. Mungkin sepi, senyap dan tanpa dinamika. Walau dalam sejarah penciptaan manusia pertama (Nabi Adam AS) ditentang oleh Iblis, ternyata Allah SWT memang memiliki rencana-Nya sendiri. Adam Ia ciptakan walau Iblis mengajukan protes dan keberatan akan kekhawatirannya bahwa manusia hanya akan melakukan kerusakan serta menumpahkan darah (QS. Al Baqarah (2):30). Kreativitas bagi makhluk yang bernama manusia adalah sebuah keniscayaan. Dengan kreativitasnya, ia menyelesaikan berbagai masalah yang muncul dalam kehidupannya. Apabila kita cermati, istilah atau kata kreatif sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “memiliki daya cipta ; memiliki kemampuan untuk menciptakan” serta “mengandung makna daya cipta”, sedangkan kreativitas berarti “kemampuan untuk mencipta, daya cipta atau perihal berkreasi”.
Mengapa Harus Kreatif?
Ada beberapa alasan mengapa kita harus kreatif :
1. Karena kreativitas adalah jembatan alternatif mempercepat tercapainya tujuan,
2. Dengan kreativitas hidup menjadi lebih menantang untuk dilalui
3. Bersama kreatifitas kepuasan yang didapatkan akan semakin tinggi.
Menuju Kreativitas
Menjadikan diri kita kreatif berarti bersedia untuk membuka diri terhadap hal-hal baru, inovasi dan perluasan berbagai macam kemungkinan yang akan terjadi. Dengan kesediaan kita untuk menjadi kreatif, kita juga sudah harus memulai langkah-langkah besar menuju medan kreatifitas yang seakan terus terbuka tanpa batas. Mari terus hidupkan mimpi, karena para inovator dunia memulai karya mereka dari mimpi.
Beberapa Kasus Orang Kreatif
Kasus Pertama, pada tahun 1800, dunia dilanda kekacauan, wabah pes, cacar, demam tipus, malaria & kolera membunuh jutaan orang. Dan saat itu ada seorang dokter yang tidak bisa duduk manis menyaksikan apa yang terjadi. Dengan segenap kemampuan yang dia miliki, ia, dokter yang kelak terkenal, yang bernama Edward Janner mengembangkan sebuah cara untuk mencegah penyakit, bukannya mengobati penyakit itu di kemudian hari.
Kasus Kedua, terjadi sekitar tahun 1900. Saat itu, kuda merupakan alat transportasi utama, tetapi sepeda dan mobil juga sudah mulai populer. Walau saat itu jalanan tidak sepadat sekarang, ternyata hampir setiap hari ada orang yang tewas karena kecelakaan di jalan. Dan ketika masalah ini belum menemukan solusinya, tiba-tiba munculah dua orang yang mengaku Wright bersaudara. Mereka adalah montir yang datang dan menawarkan bahwa mereka bisa membuat sebuah mesin terbang. Bayangkan kalau anda saat itu ada di sana, anda mungkin akan mengatakan gila, kurang waras atau paling tidak mengatakan “huh, dasar kurang kerjaan”.
Kasus Ketiga, terjadi sekitar tahun 2004. Era itu, zakat masih dianggap sesuatu yang tidak penting. Orang umumnya membayangkan masalah zakat adalah masalah pengurangan hartanya dari hasil keringat dan kerja kerasnya. Pengelolaanya pun seringkali asal-asalan & tdk profesional. Jika saat itu anda adalah orang kaya dan apa yang terjadi ketika itu, ketika anda diyakinkan bahwa zakat bisa memperbaiki perekonomian umat. Melalui zakat dijelaskan pula bahwa bukan saja harta yang ada, yang jadi bagiannya para penerima zakat akan diurus dengan baik, bahkan sekaligus mengelolanya secara profesional.
Ketika mendengar ketiga kasus kreatif tadi, kira-kira apa yang akan anda lakukan? tersenyum, menganggapnya perbuatan gila yang tidak sesuai jaman, menjadi tertarik & ikut terlibat, minimal antusias membahasnya atau malah anda justeru hanya sekedar mengangguk, menguap & melupakannya. Jika dari rangkaian ketiga kasus tadi anda menunjukan sikap dan minat terhadap ketiganya, percayalah benih kreatifitas sesungguhnya telah tumbuh dalam diri anda,tinggal sekarang, bagaimana mengelola potensi yang ada tadi.
Dalam dunia kreatifitas, orang yang disiplin & menyukai formalitas pada umumnya memiliki kecenderungan untuk tetap berada di dalam “jalur kenyamanan” hidup. Mereka sukar memberi ruang kreativitas dalam dirinya. Ada begitu banyak kekhawatiran yang mengiringi setiap muncul kreativitas dalam berbagai moment kehidupan mereka. Dan umumnya, mereka yang secara sifat dan kepribadian lebih periang cenderung untuk lebih mudah memiliki kreativitas. Mereka walau tetap berhitung dengan segala kemampuan berani menghadapi hal-hal baru yang kadang penuh tantangan dan resiko.
5 Langkah Menjadi kreatif
Dibawah ini ada resep sederhana yang ada dalam buku Megacreativity karangan Andrei G Aleinikinov :
1. Berhentilah Berhenti
Untuk mencapai level jenius, diperlukan suatu tindakan oleh anda sendiri. Menjadi seorang jenius memerlukan tindakan dan pengalaman-pengalaman jenius. Menjadi jenius bukanlah sekedar mengetahui bahwa hal itu bisa dilakukan. Hasil dari itu semua Anda akan menjadi makin kaya pengetahuan (kaya pengetahuan, merupakan posisi yang kuat menuju puncak kreativitas & kesuksesan). Di masa mendatang, anda akan jadi pemenang. Kita akan lebih cepat dalam mengambil langkah-langkah antisipasi. Dengan begitu, kita akan menganggapnya tantangan. Kita akan segera ubah situasi, menyesuaikan perilaku & pendekatan kita untuk mencapai kemenangan baru. Karena itu : Hindarilah menjadi pasif, Aktiflah dalam menghadapi kesulitan dan latihlah selalu “otot berpikir” anda. Ingat bedanya orang biasa dengan orang kreatif adalah : ORANG KREATIF TIDAK PERNAH BERHENTI (Ia akan terus terlibat & tak ingin berhenti).
2. Mengapa Tidak Setiap Tidak
Dalam menuju puncak kreativitas, selalulah katakana “ya” untuk segala kemungkinan & ketidakmungkinan yang akan terjadi. Karena dalam konteks tersebut, terdapat kata kunci untuk menuju dunia kreativitas yakni keterbukaan. Mengapa keterbukaan, karena dengan sikap terbuka, kita dengan mudah menyiapkan diri bertemu dengan begitu banyak kemungkian dan juga terhadap cakrawala-cakrawala kuantitatif baru untuk mencoba dari yang selama ini anda lakukan). Akan ada banyak hal yang bisa diraih, jika kita mengerjakan suatu hal lebih lama lagi. Mengerjakan sesuatu lebih banyak tidaklah cukup.Diperlukan metode-metode lain untuk menemukan cara-cara mempercepat proses sampai kepada ide-ide yang orisinal, berkualitas tinggi & lebih cepat.
3. Majulah Untuk Sejuta
Berinovasilah, Ber-megainovasilah dan keluar dari sistem jika anda ingin menuju puncak kreatifitas. Latihlah otak anda terus menerus bisa kreatif dengan melakukan pengembaraan imajinasi. Dalam kerangka membiasakan otak mengamati, melakukan serta mengevaluasi sesuatu. Ketika ingin bisa lebih kreatif, sesekali latihlah diri kita untuk keluar dari system. Mulailah otak kita bekerja dengan tidak semata-mata menggantungkan pada apa yang ada dan telah biasa terjadi. Latihlah otak kita untuk “out of the box” agar menemukan kebaruan-kebaruan lain yang lebih baru.
4. Orang-Orang Meganilai
Karena anda sedang belajar menuju manusia kreatif, maka jangan pernah tanggung-tanggung. Kini kita harus sudah mulai menciptakan solusi-demi solusi atas apa yang terjadi di sekeliling kita. Melangkahlah melompati cakrawala, melewati batas pemikiran tradisioanal yang biasa.
5. Meluncur Ke Orbit Jenius
Untuk bisa meluncur menjadi manusia super jenius, butuh kemampuan untuk bisa menguasai metode para jenius yang pernah lahir agar kita memiliki pemahaman dan pengetahuan untuk melaju mengatasi berbagai rintangan jadi kreatif. Dan bagaimana langkah selanjutnya, apakah anda tertantang menjadi kreatif atau justeru “enjoy aja” menikmati apa yang ada.

KUTIPAN DARI:http://nsudiana.wordpress.com/2008/03/19/menuju-puncak-kreativitas/