Selasa, 06 April 2010

Sidik Jari Si Penguak Bakat

Sidik jari ternyata tak hanya berguna untuk mengidentifikasi seseorang, tetapi juga bisa untuk mengetahui bakat terpendam. Ingin tahu cara kerjanya, yuk kita simak bersama!
Kelebihan yang dimiliki seseorang pada suatu bidang, atau disebut bakat, memang tak mudah untuk ditemukan. Menurut Dr. Reni Akbar Hawadi, Psi., kepala Pusat Keterbakatan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, untuk menjadi orang berbakat tak hanya sekadar mewarisi bakat secara herediter dari garis keturunan.
Namun, untuk menjadikan bakat tadi teraktualisasi, perlu adanya intervensi lingkungan atau pengasahan atas kapasitas bakat tadi. Nah, jika belum tahu bakat apa yang terpendam dalam jiwa anak, bagaimana bisa mengasah bakatnya agar menjadi kemampuan khusus?
Untuk itu, orangtua perlu menstimulasi dan mengetesnya untuk mengetahui potensi bakat anak. Antara lain dengan memaksimalkan seluruh modalitas sang anak, misalnya dari pendengaran, penglihatan, pencecapan, perabaan, dan sebagainya sejak anak berusia 6 bulan.
Bila perlu, lakukan penelusuran bakat anak dengan metoda tes dan non tes (wawancara dan observasi). Salah satu yang ditawarkan dari metoda penelusuran bakat dengan tes adalah dengan finger print test. Metoda penelusuran bakat ini memanfaatkan pola sidik jari yang dicetak melalui sensor sidik jari.
Kini metoda yang juga dipraktekkan di dPi Consulting ini tak hanya membantu anak-anak menemukan bakatnya, juga membantu mengarahkan anak berkebutuhan khusus untuk mengasah kemampuan khusus dalam dirinya.
Sidik Jari VS Kapasitas Otak
Bagaimana sidik jari bisa menggambarkan kemampuan terpendam seseorang? Ayu S. Sadewo konsultan dan psikolog dari PT. Duta Pelita Insani (dPi) Consulting yang mempraktekkan finger print test mengatakan, sebenarnya ini bukanlah hal yang aneh.
"Yang penting diketahui, finger print test bukanlah ilmu tebak-tebakan atau sulap karena ada dasar teori dan penelitian yang mendasari dilakukannya analisa sidik jari, untuk menggambarkan kemampuan seseorang," terang Ayu.
Finger print test sebenarnya sudah mulai diteliti sejak beberapa ratus tahun lalu. Pada tahun 1823, John E. Purkinje merumuskan tiga pola utama (busur, pusaran, dan lengkung) dan 9 pola dasar sidik jari, berdasarkan penelitian yang dilakukannya.
Konon, sidik jari yang terbentuk ketika manusia masih berusia 13 minggu di dalam kandungan, berkaitan erat dengan kode genetik yang diwarisi dari orangtua. Kode genetik ini lalu berkombinasi menjadi sesuatu yang unik, dan menjadikannya tak sama satu dengan yang lain.
Sehingga tak heran, keunikan ini juga dijadikan alat identifikasi seseorang melalui sidik jari. Oleh karena erat kaitannya dengan identifikasi genetik, yang juga mempengaruhi pembentukan komposisi tubuh lainnya, pola jari ini lalu dikaitkan dengan komposisi otak.
Tentu saja pembentukan komposisi otak juga dipengaruhi kode genetik. Melalui sejumlah penelitian lalu dirumuskan jumlah alur-alur, pola dasar sidik jari, dan bilah tangan seseorang yang menggambarkan kemampuan yang dimilikinya.
Berbeda Kiri & Kanan
Lalu, bagaimana sidik jari menggambarkan bakat anak secara akurat? Berdasarkan TNGF (total nerve growth factor), dari pola sidik jari dan telapak tangan dapat dilakukan penghitungan mulai jumlah alur, pola sidik jari, hingga sudut pola segitiga telapak tangan (ATD) yang menggambarkan kemampuan belajar sel dan belahan otak.
Berdasarkan TNGF ini jugalah dapat dirumuskan dominasi kemampuan otak kiri dan kanan. Menurut teori, telapak tangan kiri menggambarkan kemampuan otak belahan kanan. Begitu pula sebaliknya, telapak tangan kanan menggambarkan kemampuan otak belahan kiri.
Seberapa banyak nilai yang didapat dari penghitungan sudut pola segitiga telapak tangan akan menggambarkan dominasi belahan otak mana yang lebih banyak berperan dalam diri seseorang.
Sebagaimana diketahui, belahan otak kanan lebih banyak bertanggung jawab pada kemampuan pengelolaan emosional. Pada bagian ini kemampuan intuisi juga ditentukan. Sehingga proses kreatif, selera (seni), nalar, berpikir secara abstrak, berpikir menyeluruh, dan sejenisnya sangat mempengaruhi kemampuan.
Tak heran jika orang yang didominasi otak kanan lebih berbakat dalam bidang seni musik, kreatif visual, seni rupa, dan sosial. Sedangkan orang yang didominasi belahan otak kiri lebih banyak mempengaruhi kemampuan logika, matematika, koordinasi tubuh, ingatan, hingga identifikasi terhadap warna, bahasa, dan pengamatan.
Orang dengan dominasi otak kiri lebih berbakat di bidang pengetahuan, kemampuan bahasa (penguasaan bahasa asing), berhitung, juga olahraga.
Dengan ditemukannya dominasi belahan otak kanan-kiri ini, lalu dihitung potensi yang lebih menonjol berdasarkan sidik jari. Sehingga ditemukan bakat yang lebih dominan. Dan analisa yang dibuat akan lebih spesifik pada bakat tertentu yang dimiliki.

kutipan dari:
http://default.tabloidnova.com/article.php?name=/sidik-jari-si-penguak-bakat&channel=keluarga%2Fanak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar